Untuk kesekian kalinya, bencana kabut asap kembali melanda negeri ini. Sumatera dan Kalimantan adalah daerah yang paling parah terkena dampaknya. Banyak sekali kerugian yang diderita akibat bencana ini. Jadwal penerbangan yang digagalkan akibat jarak pandang yang tidak maksimal, ancaman penyebaran penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut, serta lainnya.
Bukan saja negeri kita yang terkena dampak kerugian, namun juga merambat ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Ditambah lagi karena bencana asap ini adalah akibat dari hutan yang terbakar, maka efek negatif bukan hanya dirasakan oleh manusia, namun dirasakan juga oleh beraneka margasatwa yang berhabitat di hutan-hutan tersebut.
Para ahli dan pakar menyebutkan ada banyak sekali faktor yang memicu timbulnya bencana ini. Musim kemarau yang panjang dan rendahnya curah hujan adalah faktor pemicu yang berasal dari alam. Tetapi tidak kalah pentingnya ialah pemicu yang berasal dari tindakan manusia, seperti merubah fungsi hutan menjadi perkebunan, pembalakan liar, pembakaran hutan, dan lainnya.
Jauh-jauh hari, sesungguhnya Rasulullah SAW sudah mengingatkan kepada umat manusia untuk menghargai pohon dalam kapasitasnya sebagai makhluk Allah yang senantiasa bertasbih, sekaligus pohon yang berfungsi sebagai sumber kehidupan di dunia, penjaga ekosistem alam semesta.
Rasulullah sangat memberikan perhatian lebih terhadap tindakan eksploitasi lingkungan. Beliau bahkan memberikan ancaman kepada orang-orang yang menebang pohon sidr (bidara), pohon yang biasa dijadikan sebagai tempat berteduh khususnya oleh para musafir:
من قطع سدرة صوب الله رأسه في النار. رواه أبو داود وقال هذا الحديث مختصر يعني : من قطع سدرة في فلاة يستظل بها ابن السبيل والبهائم غشما وظلما بغير حق يكون له فيها ; صوب الله رأسه في النار
Artinya:
“Barang siapa menebang pohon sidr maka akan dituangkan di atas kepalanya air yang panas.” Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, ini hadis ringkas dari hadis lain yakni, “Barang siapa menebang pohon bidara yang menaungi ibnu sabil, hewan ternak dengan zalim dan cara tidak baik, maka Allah akan menuangkan air panaspada kepalanya di neraka. (HR. Abu Dawud)
Bila pohon yang dijadikan sebagai tempat berteduh saja oleh Rasulullah dilarang untuk ditebang secara sembarangan tanpa fungsi kemaslahatan yang lebih tinggi, maka apalagi kalau yang ditebang dan dibakar adalah pohon-pohon di hutan yang merupakan paru-paru dunia, rumah bagi beragam habitat flora dan fauna. Penyedia oksigen yang baik bagi kehidupan manusia.
Lebih jauh, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Yahya bin Said sebagaimana dikutip oleh Imam Malik dalam Kitab al-Muwatho, dari 10 larangan Rasulullah dalam masa perang, selain memberikan larangan untuk membunuh wanita, anak-anak dan manula, Raulullah juga memberikan larangan menebang atau merusak pepohonan, lebih-lebih jika itu adalah pepohonan yang berbuah, terutama pohon kurma.
Jika dalam kondisi peperangan saja Rasulullah melarang merusak pepohonan, apalagi dalam kondisi damai seperti di Indonesia ini. Oleh karenanya perlu sekali ditekankan dalam diri umat untuk lebih menghargai pepohonan.