Perang khandaq. Ya, berbicara atau mendengar tentang Perang Khandaq memang tidak asing lagi, entah dari cerita tutur ketika mengaji atau membaca dari buku. Perang yang waktu itu kaum muslimin sedang dilanda kepanikan saat mendengar kabar mendadak bahwa pasukan tentara kafir Quraisy yang berkoalisi dengan beberapa kabilah Yahudi dan sejumlah suku lainnya yang kontra dengan perkembangan Islam di Madinah akan menyerang Madinah sebagai basis umat Islam tempo itu.
Menyikapi situasi genting demikian Rasulullah Saw segera mengumpulkan para sahabat untuk menentukan keputusan yang hendak diambil. Lalu, mengingat besarnya jumlah musuh dan matangnya persiapan mereka, diputuskanlah untuk memilih strategi bertahan sebagai pilihan terbaik. Hanya saja, bagaimana cara bertahan tersebut belum ditemukan.
Hingga muncul ide dari Salman Al-Farisi yang mengusulkan strategi yang sama sekali baru dan belum dikenal pada masa sebelumnya di kalangan bangsa Arab, yaitu taktik defensif menggali parit sebagai pelindung pada bagian-bagian daerah terbuka di sekeliling Madinah. Rasulullah Saw pun menyetujui usul yang diajukan Salman ini.
Pernah mendengar, mengenai cerita perang khandaq ketika dalam penggalian atau pembuat parit untuk menghambat musuh. Disaat penggalian parit inilah Rasulullah Saw pun terjun langsung ikut menggali, bahkan ketika sebongkah batu keras menghalangi dalam penggalian parit beliau lah yang memecahkannya.
Kembali mengenai perang Khandaq, setelah beberapa kawasan terbuka di seputar Madinah selesai dibuatkan parit, akhirnya barisan pasukan Quraisy gagal menerobos masuk kota Madinah. Kurang lebih sebulan mereka mengerahkan segala upayanya untuk masuk Madinah tapi gagal. Pergerakan mereka hanya mentok bertahan di kemah-kemahnya, apalagi parahnya cuaca ekstrem di malam hari. lalu mereka pun putus asa dan memutuskan kembali ke Makkah dengan tangan hampa.
Berangkat dari cerita perang khandaq diatas, kita dapat belajar dari cerita tersebut dengan mengambil hikmahnya. Jika dikaitkan dengan era zaman now atau konteks sekarang yang semakin maju dalam segala hal mulai dari, teknologi, informasi, politik, budaya dsb.
Kita perlu sedikit menerapkan dari perang khandaq itu sendiri. bukan berarti kita perang kembali dengan membuat seperti perang khandaq, namun dalam hal ini kita perlu menerapkan atau membuat parit parit atau membatasi dengan teknologi, politik, informasi, maupun budaya. Atau jika belajar dari babak tari lengger; Kinayakan(ayak ayak), yang bermakna untuk selalu memfilter sesuatu apapun. Meskipun tetap perlu berteknologi, bermedsos, berpolitik dsb.
Khandaq yaitu membentengi, jika dalam bermedia sosial, gunakanlah media sosial sebaik mungkin. ketika mendapat informasi, copas, broadcast perlu menimbang nimbang terlebih dahulu antara berita hoax atau bukan. Bahkan perlu untuk ber-tababayyun untuk mencari penjelasan yang sesungguhnya. Maka, pandai-pandailah dalam bermedia sosial. Jika ibarat pisau tinggal bagaimana kita memanfaatkanya?