Perkara jodoh memang selalu menarik untuk dibahas. Ia tidak saja membuat seseorang riang gembira, tetapi juga terkadang bikin kawula muda menjadi kuyup dengan lara.
Dalam Bahasa Indonesia, jodoh bisa juga diartikan sebagai pasangan, sehingga kalau seseorang kehilangan sandal yang kanan, ia bisa berkata: mana jodoh sandal saya yang kiri.
Sementara itu, dalam istilah teknis al-Qur’an, kata pasangan itu disebut zauj. Allah SWT berfirman:
وَمِن كُلِّ شَىْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Segala sesuatu itu telah kami cipatakan memiliki pasangan, supaya kamu sadar bahwa penciptanya tunggal dan Maha Esa (Q.S. Adz-Dzariyat [51]: 49)
“Jadi, segala sesuatu itu ada pasangannya, termasuk manusia,” begitu keterangan Prof. Quraish Shihab dalam sebuah kuliah di Channel Youtube Najwa Shihab.
Hanya saja, demikian Prof. Quraish, ada jodoh yang sudah ditetapkan Allah dan yang tidak bisa berubah.
“Misalnya adalah Allah itu sudah menetapkan bahwa ada malam ada siang. Jodohnya siang adalah malam dan begitupun sebaliknya. Allah mengatur pengaturannya.”
Sehubungan dengan itu, manusia pada dasarnya diberi sebuah kebebasan yang terbatas. Dalam sebuah ibarat, manusia itu bukan seperti daun yang dihembus oleh angin dan mengikuti ke mana arah angin pergi.
Ringkasnya, manusia itu tidak bebas sepenuhnya. Alangkah banyaknya yang kita tidak minta dan tidak kita harapkan, tapi justru kita peroleh. Dan, alangkah banyaknya yang kita minta, tapi tidak kita peroleh.
“Nah, manusia, dalam pandangan jumhur ulama, itu memiliki kemampuan untuk berusaha dan hasil usaha itu pada akhirnya akan ditentukan Tuhan.”
Lalu, kalau konteksnya adalah jodoh, apakah itu jadi takdir yang ditentukan atau kita harus berusaha dan menjemput jodoh itu?
“Harus berusaha!” tegas Prof Quraish.
Menurutnya, ada banyak cara untuk menjemput jodoh. Salah satu yang paling mudah adalah dengan rajin meminta atau doa kepada Tuhan, agar segera bertemu dengan jodoh. Dan, ada doa-doa yang telah diajarkan, salah satunya adalah di akhir surat al-Furqan:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami pasangan, anak keturunan yang menjadi buah mata kami
“Jadi, tetap berusaha mencari jodoh. Jangan tidak usaha, sebab siapa tahu Tuhan menetapkan bahwa ‘orang ini akan Saya beri jodoh kalau dia berusaha’” terang penulis Tafsir al-Misbah ini.
Bagaimana cara mengetahui orang yang menjadi jodoh kita? Apakah jodoh itu selalu dikaitkan dengan kemudahan dalam proses menuju pernikahan? Dan, bagaimana jika proses itu sulit, apakah itu bukan jodoh kita?
Prof. Quraish menjelaskan bahwa jodoh yang diusahakan itu bisa jadi mudah dan bisa jadi sulit. Bisa jadi, tanpa kita usaha, dia datang. Sama dengan rezeki, jodoh itu salah satu bagian dari rezeki.
“Nah, Anda harus usahakan. Bisa jadi, usaha itu mudah dan bisa jadi juga sebaliknya.
Jangan kaitkan sulit dan mudahnya jodoh dengan kebahagiaan dan tidak bahagianya seseorang,” terangnya.
Bagaimana mengetahui tanda jodoh sudah dekat?
“Ketika hati bergetar!!” tutur Prof. Quraish. Gambarannya kira-kira begini:
Fikiran bisa saja memikirkan sesuatu. Melihat seorang wanita, akal bekerja dan hati juga bekerja. Akal bisa salah. Dan, akal memiliki pertimbangan yang berbeda dengan pertimbangan hati.
“Karena itu, kalau Anda sudah senang dengan seseorang, jangan lagi tanya kepada akal, karena kalau tanya akal, maka selalu ada yang dirasa kurang. Lalu, bagaimana?”
“Tanyalah hati Anda. Ketika hari Anda bergerak, maka segera carikan pembenaran untuk akal Anda saat itu juga. Jadi, kalau hati sudah bergetar, maka mau nunggu apa lagi?” (AK)