Ibnu Abbas saat itu sedang berada di dalam sebuah masjid kota Thaif bersama banyak orang, di antaranya Said bin Jabir, Ikrimah, Abu al-‘Aliyah. Saat itu, tiba-tiba adzan berkumandang. Ibnu Abbas menangis. Karena begitu dalamnya ia menangis, sampai membuat matanya merah, urat lehernya membengkak. Bahkan, karena begitu banyak air mata yang keluar, sampai membuat bajunya basah.
Melihat Ibnu Abbas menangis, mereka yang sedang di sana juga ikut menangis. Abu al-‘Aliyah memberanikan diri bertanya kepada Ibnu Abbas alasan mengapa ia menangis.
“Wahai sepupu Nabi, mengapa engkau menangis? Apa yang sedang digelisahkan? Kami tidak menangis ketika mendengar adzan. Justru kami menangis itu karena menyaksikan engkau menangis,” tanya Abu al-‘Aliyah.
“Jika semua orang mengetahui apa yang sejatinya diucapkan muadzin, pasti ia tidak akan istirahat dan tidak akan tidur,” jawab Ibnu ‘Abbas.
Kemudian, salah satu dari mereka ada yang bertanya, “tolong beritahu kami apa sejatinya makna kalimat adzan yang diucapkan sang muadzin itu?”
Ibnu ‘Abbas lalu menjelaskan:
Pertama, ketika sang muadzin mengatakan “Allahu Akbar Allahu Akbar”, ia sejatinya sedang berkata, “Wahai para orang-orang yang sibuk, fokuslah kepada Allah karena ada adzan, istirahatkan badanmu dari pekerjaan-pekerjaanmu, dan bergegaslah untuk melaksanakan ibadah terbaikmu!”
Kedua, saat muadzin mengucapkan, “Asyhadu an Laa Ilaaha illallahu” seakan ia berkata, “Aku bersaksi bahwa seluruh penghuni bumi dan langit kelak akan bersaksi di hari kiamat bahwa aku telah mengajak kalian semua.”
Ketiga, ketika muadzin mengumandangkan, “Asyhadu anna Muhammad Rasulullah” seakan ia berkata, “Nabi Muhammad Saw dan seluruh para nabi bersaksi untukku bahwa aku telah mengabarkan tentang shalat kepada kalian sebanyak lima kali sehari.’
Keempat, ketika muadzin mengatakan “Hayya ‘ala al-Shalah”, ia seakan sedang berkata , “Sungguh Allah telah mendirikan agama ini untuk kalian semua, maka dirikanlah shalat dan ajaran-ajaran lainnya!”.
Kelima, saat muadzin mengucapkan, “Hayya ‘ala al-Falah”, sejatinya ia sedang berkata, “Masuklah ke dalam kasih sayang Allah dan ambillah bagian hidayahmu!”
Keenam, Ketika muadzin mengatakan, “Allahu akbar Allahu akbar” ia sedang berkata, “Sebelum shalat dikerjakan, maka semua pekerjaan haram dilakukan.”
Ketujuh, saat muadzin mengucapkan, “Laa Ilaha Illallah”, maka sejatinya ia berkata, “Amanat yang dibawa tujuh langit dan tujuh bumi sekarang berada di pundakmu. Terserah kamu, mau mengambilnya atau meninggalkannya”.
***
Kisah di atas penulis baca dari kitab Tanbih al-Ghafilin bab “Menyempurnakan Shalat dan Khusyu’ ketika Mengerjakannya”. Dari penjelasan yang diuraikan Ibnu Abbas di atas kita menjadi paham betapa adzan memiliki makna yang sungguh dalam, yang jika kita renungi akan mendorong kita, paling tidak, untuk segera bergegas melakukan shalat.
Nabi SAW bersabda, “Seandainya manusia mengetahui pahala di dalam seruan adzan dan shaf yang pertama kemudian mereka tidak menemukannya melainkan mereka akan mengundi (untuk dapat bergiliran mengumandangkan adzan dan berada di shaf yang pertama), seandainya mereka mengetahui pahala di dalam menyegerakan shalat di awal waktu niscaya mereka akan berlomba-lomba padanya, dan seandainya mereka mengetahui pahala di waktu ‘atamah (antara Isya’ dan Shubuh) serta di waktu Shubuh (dengan berjamaah) maka mereka akan mendatanginya meskipun dengan merangkak.” (HR. Bukhari)