Tiga Tanda Orang Celaka

Tiga Tanda Orang Celaka

Tiga Tanda Orang Celaka

Dunia ini sebagai tempat ujian, sarana ajang pencarian hamba-hamba pilihan yang akan menjadi pemenang. Disana juga akan diperlihatkan orang yang kalah dalam perlombaan, bahkan menjadi orang yang celaka.

Imam Qusyairi di dalam kitab Risalah al-Qusyairiyah menjelaskan bahwa ada sebuah kisah seorang ulama’ yang bernama Abu Usman al-Khairi mengirim surat kepada Muhammad bin al-Fadl yang isinya menanyakan perihal tentang tanda-tanda orang yang celaka. Kemudian Muhammad bin al-Fadl menjawabnya: “ada tiga hal yang menjadi pertanda seseorang akan merasakan kerugian di dunia dan akan celaka di akhirat.

Pertama, seseorang yang diberikan kemudahan dalam memahami, menguasai berbagai macam ilmu, namun ia tak ada kemauan untuk mengamalkan ilmunya, walau hanya sedikit. Hal sesuai dengan sebuah paribahasa yang menyatakan bahwa ilmu yang tak diamalkan ibarat sebuah pohon yang tak ada buahnya.

Kedua, orang yang diberikan kemudahan dalam mengamalkan ilmunya, namun tak ikhlas dalam mengamalkannya. Karena keikhlasan sebagai kunci diterimanya sebuah amalan, bahkan bila seseorang telah ikhlas dalam beramal maka syaitan merasa berat untuk menggodanya.

Ketiga, orang yang diberikan teman atau sahabat yang baik, tapi ia tak menghormati, menghargai mereka. Padahal orang yang mau menghormati orang lain niscaya ia akan menjadi orang yang terhormat, begitu juga orang yang terbiasa melayani orang-orang shaleh (orang yang menjalankan hak Allah dan menunaikan kewajiaban dengan sesama manusia) niscaya hidupnya akan penuh keberkahan dengan sendirinya seperti yang pernah dilakukan oleh sahabat Ibnu Abbas yang selalu melayani Nabi, kemudian beliau didoakan secara khusus oleh Nabi agar menjadi orang yang faham dalam urusan agama dan tafsir al-Qur’an.

Maka dari itu sebagai seorang Muslim harus selalu belajar, beriinovasi, dan mengamalkan ilmunya sebatas kemampuannya, serta didasari dengan niat yang ikhlas terutama ketika belajar dengan seorang guru, ustadz, kiai maupun orang yang dipandang mampu, harus mengedepankan akhlak yang baik, karena itu sebagai cermin harga diri seseorang agar mulia hidupnya hingga akhirat.