Bahaya Self Glorification, Begini Penjelasan Imam an-Nawawi

Bahaya Self Glorification, Begini Penjelasan Imam an-Nawawi

Bahaya Self Glorification, Begini Penjelasan Imam an-Nawawi
Self Glorification (Freepik)

Di era media sosial saat ini, kita sering melihat orang-orang yang membanggakan diri sendiri melalui platform digital. Banyak yang dengan mudahnya memamerkan pencapaian, kekayaan, atau status sosial mereka dengan harapan mendapatkan pujian dan pengakuan dari publik.

Fenomena ini sering kali melahirkan budaya self-glorification yang tidak hanya merusak kerendahan hati, tetapi juga berpotensi menimbulkan kesenjangan sosial dan kecemburuan. Dalam konteks ini, pembahasan dari Imam an-Nawawi tentang memuji diri sendiri menjadi sangat relevan, karena ia mengajarkan bahwa tindakan ini harus dilandasi oleh niat yang benar, bukan untuk mencari validasi atau penghargaan dari manusia.

Di dalam kitab Al-Adzkar karya Imam an-Nawawi, bab yang membahas tentang memuji diri sendiri (Self Glorification) dan menyebut kebaikan diri berakar dari dua sisi: pertama, larangan terhadap sikap sombong dan merasa paling unggul, dan kedua, adanya kelonggaran dalam menyebut kebaikan jika diniatkan untuk tujuan syar’i.

Imam an-Nawawi mengutip salah satu firman Allah SWT dari surat An-Najm ayat 32 yang berbunyi:

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

“Maka janganlah kalian memuji diri-diri kalian. Dia lebih mengetahui siapa yang bertakwa.”

Ayat ini dengan jelas mengingatkan manusia agar tidak mudah memuji dirinya sendiri, karena hanya Allah yang mengetahui sejauh mana ketakwaan seseorang. Ini mengajarkan kita untuk selalu rendah hati dan menjaga niat dalam setiap tindakan.

Namun, Imam an-Nawawi juga menjelaskan bahwa ada beberapa kondisi di mana seseorang boleh menyebutkan kebaikan dirinya. Hal ini tergantung pada niat dan tujuan dari penyebutan tersebut. Dalam hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ

“Aku adalah pemimpin anak keturunan Adam pada hari kiamat, dan ini bukanlah untuk berbangga diri.”

Dalam hadis ini, Rasulullah SAW menyebutkan keutamaannya, namun dengan catatan bahwa hal itu bukan untuk menyombongkan diri, melainkan sebagai pengajaran bagi umatnya. Tujuan dari penyebutan kebaikan tersebut adalah untuk memperjelas posisi beliau sebagai Nabi dan Rasul, sekaligus memotivasi umat agar lebih mengenal kedudukannya dalam Islam.

Kapan Memuji Diri Sendiri Diizinkan?

Imam an-Nawawi menjelaskan beberapa kondisi di mana memuji diri sendiri diperbolehkan:

  1. Ketika dalam rangka menjaga hak atau kehormatan: Jika seseorang berada dalam situasi ketika ia harus menjelaskan kebenaran atau membela dirinya dari tuduhan yang tidak benar, maka diperbolehkan baginya menyebutkan kebaikannya sebagai klarifikasi.
  2. Untuk menyampaikan keutamaan dalam rangka dakwah: Seseorang yang memiliki kemampuan atau pengetahuan dalam suatu bidang, seperti agama, diperbolehkan menyebutkan kelebihannya untuk tujuan memberikan manfaat kepada orang lain atau mengajarkan sesuatu yang bermanfaat.
  3. Ketika menyebut kebaikan diri dengan niat syar’i: Jika niat dari pujian diri tersebut adalah untuk memotivasi orang lain atau menghindarkan diri dari fitnah atau kesalahpahaman, maka hal ini diizinkan, asalkan niatnya bukan untuk kesombongan.

Bahaya Kesombongan dan Sikap Berlebihan

Di sisi lain, Imam an-Nawawi juga mengingatkan bahwa ada bahaya besar di balik memuji diri jika niatnya tidak lurus. Sikap sombong dan merasa lebih baik dari orang lain bisa menjerumuskan seseorang ke dalam dosa yang besar. Rasulullah SAW bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan.” (HR. Muslim)

Kesombongan adalah salah satu sifat yang paling dibenci oleh Allah SWT karena ia menghalangi seseorang untuk menerima kebenaran dan merendahkan orang lain. Oleh sebab itu, pujian diri hanya diperbolehkan jika dilakukan dengan niat yang murni dan tujuan yang jelas.

Memuji diri sendiri dalam Islam bukanlah sesuatu yang sepenuhnya dilarang, namun sangat bergantung pada niat dan tujuan dari tindakan tersebut. Jika dilakukan untuk tujuan yang benar, seperti menjaga hak, berdakwah, atau menjelaskan posisi diri, hal itu bisa menjadi ibadah yang baik. Namun, ketika memuji diri sendiri didorong oleh rasa sombong atau untuk merendahkan orang lain, maka hal tersebut bisa menjadi dosa besar.

Ajaran ini mengingatkan kita untuk selalu introspeksi diri, menjaga kerendahan hati, dan menempatkan niat dalam bingkai yang benar sebelum berbicara atau bertindak.

(AN)