Sungguh, sakitnya sakaratul maut tidak bisa dibandingkan dengan rasa sakit gigi atau sakit yang lainnya. Rasa sakit sakaratul maut dikatakan lebih sakit dibandingkan dengan seribu sayatan samurai. Bahkan Nabi Muhammad SAW merasakan betapa sakitnya orang yang sedang sakaratul maut, apalagi kita umatnya yang berlumuran dosa.
Orang yang sekarat tidak bisa diobati. Ajalnya sudah tiba. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa berharap bantuan doa dari orang yang mengelilinga jasadnya. Ia tidak butuh harta dan kursi lagi. Yang dibutuhkan hanya lantunan ayat suci Al-quran dan doa keluarganya.
Pada saat itu, orang yang sekarat merasakan kebingungan yang dahsyat. Setan pun menghampirinya dan mengajak pada kesyirikan. Andai tidak ada yang mendoakan di sekelilingnya, bisa saja ia terpengaruh pada godaan setan. Na’udzubillah.
Oleh karena itu, para ulama menganjurkan untuk mendampingi orang yang sekarat. Pendampingan ini bukan hanya sekedar menangis, akan tetapi mendoakan husnul khotimah. Banyak bacaan (ayat atau dzikir) yang dianjurkan dibaca di dekat orang yang sekarat.
Di antaranya Surat Yasin, Surat Ar-Ra’du, dan kalimat tahlil. Dalam kitab Nihayatuz Zain dijelaskan bahwa Surat Yasin ini dibaca dengan nyaring sedangkan Surat Ar-Ra’du dibaca secara pelan. Faidahnya sangat banyak, di antaranya adalah memudahkan keluarnya ruh. Selain itu, perbanyak juga menalqin (mendikte) orang yang sekarat dengan kalimat tahlil, lailaha illaallah.
Rasulullah SAW bersabda:
لقنوا موتاكم لااله الا الله
Tuntunlah orang yang akan meninggal dunia untuk mengucapkan kalimat laa ilaha illaallah. (HR. Muslim)
Maka dari itu, temanilah orang yang akan meninggal dunia. Perbanyaklah bacaan Al-Quran di sampingnya atau kalimat tahlil, karena tidak ada hal lain yang diharapkannya kecuali bantuan doa dari orang yang masih hidup. Dan juga tidak diperkenankan orang yang hadir membicarakan aib atau keburukan orang tersebut.
Oleh karena itu, teruslah tanpa henti mendoakan kebaikan untuk orang yang sedang sekarat. Dengan begitu ia akan terbantu dalam mengahadapi sakitnya kematian. Dengan begitu pula ketika giliran kita yang sekarat, akan ada orang lain yang melakukan hal sama.
Wallahu A’lam.