Ashabul Ukhdud adalah orang beriman yang dibakar di dalam parit oleh penguasa zalim karena dia tetap mempertahankan keimanannya kepada Allah. Sebelum dia dibakar di dalam parit, dia sudah hendak dibunuh dengan dilemparkan dari puncak gunung dan ditenggelamkan di tengah laut. Namun dia diselematkan oleh Allah karena membaca doa ini;
اللهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ
“Ya Allah, cukupkanlah aku dari kejahatan mereka dengan cara yang Engkau kehendaki.”
Dalam kitab Al-Tawwabin, Ibnu Qudamah menyebutkan sebuah kisah tentang keutamaan doa Ashabul Ukhdud ini. Kisah ini diceritakan oleh Ummul Malik binti Hisyam, bahwa pada suatu malam Imam Atha’ Al-Azraq keluar rumah menuju tanah lapang untuk melaksanakan shalat malam. Sebelum sampai di tempat tujuan, tiba-tiba beliau dihadang seorang perampok.
Agar terhindar dari kejahatan perampok ini, beliau berdoa sebagaimana doa Ahabul Ukhdud.
اللهُمَّ اكْفِنِيهِ
“Ya Allah, cukupkanlah aku dari kejahatannya.”
Setelah Imam Atha’ membaca doa ini, tiba-tiba tangan dan kaki perampok itu menjadi kaku. Dia tidak bisa bergerak hingga kemudian menangis dan berteriak, “Demi Allah, saya tidak akan merampok lagi.”
Kemudian Imam Atha’ mendoakan perampok itu sehingga dirinya bisa lepas dan bisa bergerak. Ketika beliau pergi, perampok itu selalu mengikutinya.
“Saya mohon dengan sangat, siapakah anda?,” tanya perampok itu.
“Saya Atha’,” jawab Imam Atha’.
Tak selang beberapa lama kemudian keduanya berpisah. Sementara perampok itu belum mengenali wajah sang Imam Atha’ Al-Azraq karena masih gelap di tengah malam.
Pada pagi harinya, perampok itu bertanya-tanya kepada masyarakat sekitar. “Kalian tahu, siapa orang shaleh yang keluar ke tanah lapang melakukan shalat malam?.”
“Kami tahu, dia Atha’ Al-Sulami,” jawab penduduk.
Kemudian perampok itu segera menemui Atha’ Al-Sulami dan berkata, “Aku menemui anda untuk bertaubat dari perbuatan burukku.”
Setelah mendengar cerita perampok itu, Kemudian Atha Al-Sulami mengangkat tangannya ke atas dan berdoa. Beliau menangis, kemudian menyampaikan kepada si mantan perampok, “Kamu salah, itu bukan saya. Itu adalah Atha’ Al-Azraq.”