Kita tidak tahu, apa jadinya jika tidak ada Aisyah RA. Mungkin kita hanya punya wudhu tanpa ada solusi cara bersuci lain seperti tayamum. Semua itu bermula dari kisah Aisyah yang kehilangan kalungnya saat mengikuti Rasulullah SAW melakukan perjalanan. Karena itu lah ayat tayamum diturunkan sebagai ganti wudhu.
Salah satu tugas istri-istri Nabi yang telah disepakati masing-masing dari mereka adalah mengikuti Nabi perjalanan keluar Madinah. Mereka memiliki jadwal tersendiri berdasarkan kesepakatan masing-masing. Saat itu, kebetulan Aisyah lah yang menemani Nabi SAW.
Saat rombongan tiba di salah satu daerah antara Mekah dan Madinah, bernama Baida’ atau Dzat al-Jaysh (karena keraguan rawi) kalung Aisyah hilang. Mendengar kejadian tersebut, sebagai seorang suami yang pengertian, Rasulullah SAW meminta rombongan untuk berhenti guna ikut membantu Aisyah mencari kalungnya yang hilang.
Semua berawal dari sini. Ketika seluruh rombongan berhenti, mereka ingat bahwa mereka sama sekali tidak memiliki persediaan air, karena keberadaan air bagi rombongan sangat lah penting, baik untuk minum maupun untuk berwudhu sebagai syarat sah melakukan shalat.
Dengan keadaan tanpa air dan diminta berhenti oleh Nabi SAW karena Aisyah, seorang sahabat melaporkan hal ini kepada sang ayah, Abu Bakar as-Shiddiq, “Wahai Abu Bakar, lihat lah putrimu itu, Aisyah. Karena dia Rasulullah SAW memberhentikan rombongan, padahal kami semua tidak memiliki persediaan air yang cukup.”
Laporan itu cukup mengganggu Abu Bakar. Sebagai seorang ayah, mungkin ia tidak enak hati jika putrinya dibicarakan oleh orang lain. Ia mungkin juga tidak ingin jika karena putrinya, orang lain menjadi susah. Abu Bakar pun tak tinggal diam. Ia mendatangi Aisyah untuk memberikan beberapa alternatif saran yang bisa dilakukan agar tidak ada pihak yang dirugikan.
Saat Abu Bakar sampai di depan Aisyah, ia melihat Rasulullah SAW sedang tidur di pangkuan putri tercintanya. Awalnya ia tak enak hati ingin mengatakan sesuatu yang harus ia katakan. Namun ia tetap harus mengatakannya demi kebaikan bersama.
“Wahai putriku, mengapa engkau menahan rombongan sedangkan mereka tidak memiliki persediaan air yang cukup?” tanya Abu Bakar dengan nada sedikit marah kepada putrinya.
Walaupun demikian, Aisyah tidak bisa beranjak dari tempat duduknya karena Rasulullah SAW masih duduk di pangkuannya, bahkan tangan Rasul SAW bergelayut di punggungnya.
Keesokan harinya, Rasul bangun untuk shalat subuh, namun sama sekali tidak ada air. Atas kejadian tersebut, Allah SWT kemudian menurunkan ayat tayamum:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ – ٦
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.”
Setelah turunnya ayat tayamum ini, para sahabat kemudian mencari lagi kalung Aisyah yang hilang. Kalung itu pun akhirnya ketemu tepat di bawah unta tunggangan putri Abu Bakar ini.
Kisah turunnya ayat tayamum karena Aisyah ini bisa dilihat secara lengkap rujukannya dalam Sahih al-Bukhari, tepatnya dalam Kitab at-Tayammum.
Kejadian ini disebut oleh Zainuddin al-Zarkasyi dalam al-Ijabah li Iradi ma Istadrakathu Aisyah alas Sahabah sebagai salah satu keistimewaan Aisyah, istri Rasulullah SAW. Usaid bin al-Khudair, sahabat nabi yang dikutip dalam hadis tersebut pun menyatakan bahwa turunnya ayat tayamum ini berkat keberkahan kalung putri Abu Bakar yang hilang itu.
فَقَالَ أُسَيْدُ بْنُ الحُضَيْرِ : مَا هِيَ بِأَوَّلِ بَرَكَتِكُمْ يَا آلَ أَبِي بَكْرٍ
Dalam riwayat lain, dari jalur Ibn Abi Mulaikah disebutkan bahwa Rasulullah SAW sendiri yang memuji Aisyah.
أن النبي -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قال: “ما أعظم بركة قلادتك”
“Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Alangkah besar berkah dari kalungmu, Aisyah.” (AN)
Wallahu a’lam.