Ada anggapan, arwah orang yang sudah meninggal bisa gentayangan atau bahkan bisa menganggu orang yang masih hidup seperti halnya dalam film-film horor. Bagaimana konsep arwah gentayangan ini menurut pandangan Islam?
Fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah memberikan penjelasan terkait hal ini sebagaimana dikutip dari Majalah Suara Muhammadiyah, No. 3, 2010 terkait fenomena arwah gentayangan dan bagaimana menangkal tersebut.
Ada beberapa hal yang harus disimak sebelum memahami soal fenomena arwah gentayangan ini.
“Pertama, tentang alam, bahwa alam itu terbagi menjadi tiga, yaitu alam dunia, alam barzakh dan alam akhirat,” tulis fatwa tersebut.
Ketiga jenis alam itu memiliki status dan aturan sendiri. Alam dunia adalah refieksi dari jasad sedangkan ruh sebagai bagiannya, namun sebaliknya alam barzakh adalah refleksi dari ruh sedangkan jasad sebagai bagiannya.
Dan terakhir alam akhirat atau Dar al-Qarar. Ini merupakan alam setelah kebangkitan manusia dari kuburnya untuk mendapatkan balasan, di mana jasad dan ruh digabungkan kembali.
Kedua, kematian atau maut adalah berpisahnya ruh dengan jasad, dan ketika pemisahan tersebut terjadi, ruh berada di alam barzakh atau alam kubur. Ibarat perjalanan waktu, manusia yang sudah pindah ke alam lain itu tidak akan kembali ke alam semula. Ruh manusia yang sudah pindah ke alam barzakh juga tidak akan kembali ke alam dunia.
Ketiga, barzakh secara bahasa berarti pembatas antara dua hal, dan di sini maksudnya pembatas antara alam dunia dengan alam akhirat.
Dengan demikian, ketika seorang meninggal (mati, berpisah jasad dari ruhnya), maka ia tidak akan kembali ke alam dunia alias tidak ada istilah ruh manusia atau arwah gentayangan itu.
Penjelasan terkait Arwah Gentayangan
Dalam keterangan tersebut dijelaskan, ada beberapa pendapat tentang keberadaan ruh setelah meninggal hingga hari kiamat. Dari sekian banyak pendapat yang ada, tidak satu pun yang menerangkan bahwa ada ruh yang gentayangan.
“Ruh orang-orang beriman berada di alam barzakh yang luas, yang di dalamnya ada ketenteraman dan rezeki serta kenikmatan, sedangkan ruh orang-orang kafir berada di barzakh yang sempit, yang di dalamnya hanya ada kesusahan dan siksa,” tulisnya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Mukminun terkait dengan ruh dan arwah bisa gentayangan.
Artinya: “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja, dan di hadapan mereka ada barzakh (dinding) sampai hari mereka dibangkitkan”.” [QS. al-Mukminun (23): 100].
Arwah Gentayangan adalah Jin, Bukan Ruh Manusia
Oleh karena itu, lanjut fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah tersebut, apa yang sering dibilang atau ditakutkan, bahwa ada ruh-ruh yang bergentayangan itu adalah setan yang melakukan tipu daya dengan menyerupai orang yang sudah meninggal.
Dan ketika ruh akan dibangkitkan dari alam barzakh (alam kubur) ke alam akhirat, ruh itu dikembalikan ke jasad yang baru yang diciptakan untuk alam akhirat.
Begitu juga kaitannya dengan Jin, bahwa Jin itu makhluk yang dapat menjelma atau merubah fisiknya menyerupai bentuk manusia atau makhluk-makhluk yang lain.
Setan yang berasal dari Jin, ingin menyebarkan tipu daya dan keraguan pada keimanan manusia, maka salah satu caranya adalah dengan menjelma menyerupai seseorang yang telah meninggal.
“Akibat dari penjelmaan tersebut, orang-orang yang melihat menganggap dan berkeyakinan bahwa yang mereka lihat adalah ruh dari orang yang mereka kenal sebelumnya. Oleh karena itu, apa yang dikatakan oleh kaum awam tentang adanya ruh gentayangan tidaklah benar menurut ajaran Islam,” jelas fatwa tersebut.
Lantas, bagaimana menangkal setan atau anggapan arwah gentayangan yang ternyata adalah jin tersebut?
Majlis Tarjih Muhammadiyah memberikan penjelasan, agar kita bisa terbebas dari gangguan-ganguan arwah jahat yang itu merupakan setan yang melakukan tipu daya.
Caranya, yaitu dengan senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhkan segala larangan-Nya yang merupakan jalan setan, serta senantiasa berdzikir dan mengingat Allah. Wallahu a’lam.