Demam film Aquaman masih berlanjut hingga kini. Film superhero garapan Warner Bros yang diangkat dari DC Comics ini berkisah tentang manusia super yang berusaha merebut tahtanya di kerajaan bawah air Atlantis. Di balik huru-hara perebutan tahta yang terjadi, ada satu hal yang cukup menarik untuk ditelisik. Motivasi King Orm selaku Raja Atlantis dalam mengobarkan perang dengan manusia di darat ternyata didasari oleh rusaknya lingkungan laut yang disebabkan oleh kesalahan manusia.
Kerusakan laut ini bukanlah hal fiktif yang hanya bisa ditemukan dalam film. Di Indonesia saja, menurut Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan atau BKIPM, kerusakan terumbu karang dari Sabang sampai Merauke telah mencapai 46 persen. Menurut BKIPM, kerusakan terumbu karang tak hanya disebabkan faktor alam namun juga faktor manusia. Termasuk di antaranya adalah aktivitas pengeboman ikan serta penyelundupan terumbu karang.
Yang lebih menyedihkan lagi adalah kondisi Taman Nasional Bunaken di Sulawesi Selatan. Salah satu ikon wisata perairan di Sulsel itu tengah terancam kelestariannya. Padahal, waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan terumbu karang terbilang cukup lama. Dalam kurun waktu tiga tahun, terumbu karang hanya akan tumbuh sepanjang 3 cm saja. Bayangkan berapa tahun yang dibutuhkan untuk memulihkan kerusakan yang disebabkan oleh pengeboman ikan dan tindakan-tindakan tak bertanggungjawab lainnya.
Ancaman kerusakan ekosistem laut di Indonesia juga datang dari mikroplastik yang ada dalam air laut. Ingat kasus seekor paus yang ditemukan mati di perairan Wakatobi dengan 5.9 kg sampah plastik dalam perutnya? Hal ini tak lepas dari tingginya jumlah limbah di laut. Fakta yang dipaparkan Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI) menyebut bahwa mikroplastik dalam air laut Indonesia telah mencapai 30-960 partikel per liternya.
Jumlah ini sama dengan mikroplastik yang ada di Laut Mediterania serta Samudera Pasifik. Keberadaan mikroplastik dalam jumlah yang sangat tinggi ini tentu perlu mendapat kewaspadaan lebih dari semua pihak. Pasalnya, masih ada dampak mikroplastik lain yang belum diketahui.
Itu baru kondisi laut di Indonesia, belum termasuk yang di luar negeri. Menilik fakta di atas, tampaknya kita bisa memaklumi mengapa King Orm sangat ingin memerangi manusia-manusia di daratan dalam film Aquaman.
Kerusakan alam serta lingkungan hidup yang kita lihat sekarang adalah akibat dari perbuatan manusia. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Quran Surah ar-Rum ayat 41 yang artinya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Islam sangatlah memperhatikan lingkungan alam sekitar. Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir bagi seorang hamba sesudah ia mati dan berada dalam kuburnya. (Tujuh itu adalah) orang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan air, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampunan untuknya sesudah ia mati.”
Menggunduli hutan, membuang limbah ke sungai, membakar area persawahan dan tindakan merusak lingungan lain akan mendatangkan bencana bagi manusia. Banjir, kabut asap hingga pemanasan global adalah beberapa di antaranya. Kita tentu tidak menginginkan keindahan alam di Bumi ini hanya jadi cerita untuk anak cucu kelak.
Kewajiban melestarikan alam termasuk lingkungan laut bukan hanya tanggung jawab Aquaman. Selain karena Aquaman hanyalah tokoh fiktif, rasanya tidak adil membebankan seluruh tugas melestarikan laut hanya pada satu sosok padahal kita semua turut memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mulailah mengurangi pemakaian plastik agar dapat meminimalkan limbah yang tak dapat terurai ini. Jangan biasakan membuang sampah di laut atau meninggalkan sampah di pinggir pantai. Laut dinikmati oleh kita bersama. Jadi, sudah tanggungjawab kita semua untuk turut melestarikannya.
Wallahu A’lam.