Rasulullah SAW bersabda, “Orang pelit itu adalah orang yang disebut namaku, tapi dia tidak mau bershalawat kepadaku.” (HR: Ahmad)
البخيل من ذكرت عنده، ثم لم يصل علي
“Orang bakhil adalah orang yang bila disebut namaku, dia tidak bershalawat kepadaku.”
Kendati Rasulullah sudah tiada, membaca shalawat tetap disunnahkan dalam Islam, karena dalam hadis disebutkan para malaikat menyampaikan salam dan shalawat yang dilantunkan umat Islam pada Rasulullah. Ini seperti disebutkan dalam hadis riwayat Abdullah Ibnu Mas’ud bahwa Rasul pernah bersabda:
إن لله في الأرض ملائكة سياحين يبلغوني من أمتي السلام
“Allah SWT memiliki malaikat yang berkunjung ke bumi, mereka senantiasa menyampaikan salam dari umatku.” (HR: Ahmad)
Melalui hadis ini dapat dipahami bahwa setiap shalawat yang kita lantunkan didengar oleh Nabi SAW melalui perantara malaikat. Membaca shalawat dianjurkan kapanpun dan di manapun. Namun memperbanyaknya sangat dianjurkan pada hari jum’at, baik siang maupun malamnya.
Imam al-Syafi’i dalam al-Umm mengatakan, “Saya suka memperbanyak shalawat kepada Nabi di setiap waktu, tapi pada hari jum’at dan malamnya, saya membacanya lebih banyak karena ada kesunnahan.”
وأحب كثرة الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم في كل حال وأنا في يوم الجمعة وليلتها أشد استحباب
“Saya suka membaca shalawat sebanyak-banyaknya kapanpun, tapi saya lebih banyak membacanya di hari jum’at dan malamnya, karena disunnahkan”
Pendapat Imam al-Syafi’i ini diperkuat oleh hadis riwayat Aws Ibn Aws, seperti yang dikutip Abu Bakar al-Maruzi dalam al-Jum’ah wa Fadhluha, bahwa Nabi bersabda:
إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة: فيه خلق آدم ، وفيه قبض، وفيه الصعقة ، فأكثروا علي من الصلاة فيه، فإن صلاتكم معروضة علي. قلنا: يا رسول الله، كيف تعرض عليك صلاتنا وقد أرمت؟ يقولون: قد بليت؟ قال: إن الله عز وجل حرم على الأرض أن تأكل أجساد الأنبياء
“Jum’at merupakan hari yang paling mulia, sebab pada hari itu Nabi Adam diciptakan dan dicabut nyawanya, dan sangsakala kiamat juga ditiup pada hari jum’at. Oleh karenanya, perbanyaklah bershalawat kepadaku. Sejatinya shalawat kalian itu sampai kepadaku.
Kami berkata, ‘Bagaimana bisa sampai kepadamu padahal engkau telah tiada? ‘Bukankah jasadmu telah hancur? Tambah sahabat lainnya. “Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan bumi untuk menghancurkan tubuh para Nabi” Jawab Nabi.
Berdasarkan hadis dapat dipahami bahwa jasad para Nabi, termasuk Nabi Muhammad, tidak hancur ditelan bumi. Mereka dapat mendengar shalawat yang kita lantunkan setiap saat. Karenanya perbanyaklah bershalawat, terutama pada hari jum’at. Dalam dalilul Falihin disebutkan, Ibnu Hajar al-Haytami berpendapat bahwa Nabi SAW mendengar dengan kedua telinganya setiap shalawat yang dilantunkan umatnya.