Saat masih kecil, jargon “Annadhofatu Minal Iman” sangat lengket di kepala. Hampir di setiap sudut ruangan kelas dan sekolah tertempel tulisan berbahasa Arab maupun berbahasa Indonesia, bahkan sebagian terjemahannya: “Kebersihan sebagian dari iman.”
Beberapa orang salah faham tentang maqolah (kata mutiara) ini. Sebagian menyebutnya sebagai hadis, bahkan dalam artikel Kumparan yang sorot oleh Google, diklaim sebagai hadis. S
Jika disebut sebagai hadis oleh Kumparan, tentu ini kesalahan besar. Oleh karena itu, kita perlu meluruskan anggapan ini.
Untuk mengatahui annadhofatu minal iman ini termasuk hadis atau bukan, maka perlu dilakukan proses takhrij. Ketika ditakhrij, sama sekali tidak ditemukan perawi manapun yang meriwayatkan hadis ini dengan kalimat yang sama persis. Satu-satunya hadis tentang kebersihan dan iman yang penulis temukan adalah hadis riwayat Imam al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَخَلَّلُوْا فَإِنَّهُ نَظَافَةٌ وَالنَّظَافَةُ تَدْعُوْ إِلَى الْإِيْمَانِ وَالْإِيْمَانُ مَعَ صَاحِبِهِ فِى الْجَنَّةِ (رواه الطبراني)
Buanglah sisa-sisa makanan di gigimu, karena hal itu adalah kebersihan, dan kebersihan akan mengajak kepada iman, dan iman itu akan bersama orang yang memilikinya dalam surga. (HR. At-Thabrani)
Selain diriwayatkan oleh al-Thabrani, hadis ini juga diriwayatkan oleh beberapa rawi lain, seperti Abu Nuaim al-Asbahani dalam Tarikh al-Asbahan dan ad-Dailaimi dalam Musnad al-Firdaus. Meskipun demikian, hadis ini divonis daif jiddan oleh ulama hadis, karena ada nama Ibrahim bin Hayyan yang divonis oleh Ibn ‘Adi bahwa ia sering meriwayatkan hadis-hadis palsu.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa kalimat annadhofatu minal iman bukanlah hadis. Karena tidak ditemukan satupun rawi yang meriwayatkannya, bahkan perawi hadis palsu pun tidak meriwayatkannya. Hal ini juga diafirmasi oleh Yusuf al-Qaradhawi dalam salah satu artikelnya yang menyebutkan juga bahwa ia tidak menemukan kalimat ini di hadis manapun.
Meskipun tidak sebuah hadis, bukan berarti Islam tidak mengajarkan kebersihan. Dalam riwayat hadis yang lebih sahih disebutkan bahwa Islam juga mengajarkan kebersihan, bahkan dengan tingkatan yang lebih tinggi, yaitu al-thuhur, kesucian.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيْمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلأُ الْمِيْزَانَ. وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلآنِ – أَوْ تَمْلأُ – مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَالصَّلاَةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا ». (رواه مسلم)
Artinya, “Rasulullah saw. bersabda, “Kesucian itu sebagian dari iman, Alhamdulillah memberatkan timbangan, Subhanallah walhamdulillah memenuhi ruang antara langit dan bumi, salat itu cahaya, sedekah itu bukti nyata, sabar itu pelita, Al-Qur’an itu hujjah (yang membela atau menghujat). Setiap manusia bekerja sampai ada yang menjual dirinya, hingga ia jadi merdeka atau jadi celaka.” (HR. Muslim)
Meskipun hadis annadhofatu minal iman tidak sahih secara sanad, namun sahih secara matan dan substansi. Hal ini menunjukkan bahwa Islam menjungjung tinggi kebersihan, kesucian, dan keindahan.
Rasulullah SAW juga sering mencontohkan kebersihan dan kesucian. Dalam Muhammad al-Insan al-Kamil karya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliky, dibahas satu sub bab khusus tentang perhatian nabi atas kebersihan dan kesucian rumah dan masjidnya.
Satu sabda Rasul yang sangat penting terkait kebersihan adalah:
قال: «نَظِّفُوا أفنيتَكم
“Bersihkanlah rumah-rumah kalian!”
Dalam sebuah kisah yang dikutip oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliky disebutkan bahwa suatu hari ada seorang perempuan yang biasa menjadi tukang sapu masjid meninggal dunia. Saat itu nabi tidak diberi kabar oleh para sahabat. Nabi mendengar kabar meninggalnya tukang sapu itu setelah jenazah perempuan itu dikebumikan. Nabi kemudian marah, karena tidak ada yang memberi tahu. Nabi lalu datang ke kuburannya dan mendoakannya.
Ala kulli hal, pada dasarnya Islam mengajarkan kebersihan dan kesucian. Namun mendakwahkan kebersihan maupun ajaran Islam lain dengan menggunakan kalimat yang diklaim sebagai hadis adalah perbuatan yang tidak dibenarkan. Alangkah baiknya, jika ingin tetap menggunakan hadis, maka kutiplah hadis-hadis yang bisa dipertanggungjawabkan, alih-alih hadis yang tanpa sumber. (AN)
Wallahu a’lam.