Alkisah, ada seorang laki-laki yang dalam hidupnya ia ingin pergi ke daerah lain yang berada jauh dari daerah tempat tinggalnya. Tujuannya adalah hanya untuk berkunjung menjaga silaturahmi dengan saudaranya, yang tinggal di sebuah negeri yang jauh.
Kisah ini sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya Kitabul Birri was Shilah wal Adab, Bab Keutamaan Cinta Karena Allah. Yaitu hadis dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi pernah bersabda, “Ada seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu Allah Swt mengutus seorang Malaikat untuk mengawasinya di perjalannya. Ketika Malaikat itu tiba, dia bertanya, ‘Kamu mau kemana?’ Laki-laki itu menjawab, ‘Aku akan ke saudaraku di desa ini.’ Malaikat kembali bertanya, “Adakah nikmat yang akan kamu kembangkan dengannya?” Dia menjawab, “Tidak, hanya karena aku mencintainya fillah.” Malaikat berkata, “Aku adalah utusan Allah kepadamu untuk menyampaikan bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana kamu telah mencintainya.”
Laki-laki tersebut meninggalkan daerahnya hanya untuk bepergian ke daerah lain. Kepergiannya tersebut sama sekali tidak memiliki keperluan dan kepentingan lain, kecuali hanya sekedar untuk berkunjung kepada saudaranya seagama yang dicintainya karena Allah Swt. Menjalin silaturahmi kepadanya. Sebab, cinta karena Allah Swt adalah bentuk dari salah satu sifat iman seseorang.
Terhadap orang yang bepergian untuk mengunjungi saudaranya inilah, Allah Swt kemudian mengutus seorang Malaikat yang menjelma dalam bentuk seorang laki-laki. Malaikat yang sedang menyamar tersebut kemudian bertanya, tentang apa maksud dan tujuan serta alasan yang membuat laki-laki tersebut meninggalkan daerahnya untuk pergi ke daerah lain.
Dengan keadaan tidak mengetahui bahwa yang bertanya adalah sosok Malaikat yang diutus oleh Allah Swt. Sang laki-laki menjelaskan, bahwa tujuannya tersebut adalah hanya ingin mengunjungi saudaranya seagama, dan hal yang membuatnya melakukan perbuatan itu hanyalah kecintaan karena Allah Swt.
Mendengar alasan tersebut, sang Malaikat kemudian mengaku bahwa dirinya adalah utusan Allah Swt yang diperintahkan untuk menjaga perjalanannya dalam mengunjungi saudaranya tersebut. Sang Malaikat kemudian menjelaskan, bahwa Allah Swt mencintainya sebagaimana ia mencintai saudaranya karena Allah Swt.
Allah Swt sangat mencintai orang-orang yang mencintai saudaranya, termasuk saudara yang seagama. Lebih dari bersaudara atas nama agama, kita bisa bersaudara atas nama kemanusiaan. Sebab Islam adalah agama yang merahmati seluruh alam, bukan hanya manusia saja tetapi kepada isi seluruh alam. Sedangkan Allah Swt menciptakan isi alam ini, penuh dengan keragaman. Termasuk keragaman dalam agama, dan cara beragama. Maka sudah selayaknya seorang Muslim, harus terus menerus menjaga tali silaturahmi dengan sesama manusia.
Kisah di atas juga mengajarkan kepada kita semua, bahwa mengunjungi saudara yang sedang berada jauh dari kita adalah bagian dari ajaran Islam. Sudah selayaknya ketika kita sedang berkunjung ke sebuah tempat, yang disitu ada orang yang kita kenal. Ada baiknya untuk mampir demi menjaga silaturahmi.
Dan di Indonesia, tradisi mengunjungi saudara ini biasanya banyak dilakukan pada saat Idul Fitri atau terjadi ketika ada momen-momen khusus. Namun, hal tersebut kini harus ditunda dulu bukan untuk melawan anjuran agama, yaitu anjuran bepergian untuk mengunjungi saudara fillah. Tetapi juga untuk menunaikan anjuran agama yang lainnya, yaitu menjaga jiwa dari bahaya persebaran Covid-19. Dengan melakukan kegiatan berupa tidak mengunjungi saudara, teman dan lain sebagainya di saat ada wabah. Karena perbuatan tersebut juga bagian dari mencintai Allah Swt, yaitu melaksanakan perintah-perintahnya.
Bahkan Rasulullah Saw telah memberitahukan kepada kita semua, bahwa orang-orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berada di atas mimbar-mimbar cahaya pada hari Kiamat. Di mana para Nabi, Rasul dan para syuhada iri kepada mereka karena kedekatan mereka kepada Allah Swt.