Berita tentang Habib Muhammad Rizieq Shihab kembali menyeruak. Beliau dikabarkan akan segera pulang ke tanah tempat dia dilahirkan, Indonesia. Betapa kuat perasaan cinta tanah air itu sehingga boleh jadi muncul ketidaknyamanan berlama-lama di negeri orang.
Namun, ada usulan teman yang menarik dipertimbangkan. Menurutnya, Habib Rizieq lebih baik tidak pulang. Ia lebih maslahat berada di sana. Mengikuti sunnah para ulama Nusantra yang lebih memilih tinggal di tanah suci ketimbang pulang ke sini, sang habib bisa menulis karya agung.
Habib Rizieq bisa menulis karya akademik seraksasa karya akademik Syaikh Nawawi Banten, Syaikh Mahfudh Termas, Syaikh Yasin al-Fadani, dan lain-lain.
Puluhan tahun menetap di Mekah, para ulama Nusantara itu menulis puluhan karya. Bahkan, Syaikh Yasin menulis ratusan karya yang semuanya dalam bahasa Arab. Salah satu karyanya adalah syarah Sunan Abi Dawud, terdiri dari 32 jilid.
Bayangkanlah jika Habib Rizieq melakukan kerja-kerja kesarjanaan seperti itu.
Kalau itu bisa dilakukan, sejarah akan mencatat babak baru kehidupan Habib Rizieq. Ia bukan hanya akan dikenal sebagai muballigh besar tapi juga akan dikenang sebagai penulis besar.
Sekiranya menetap di sana dirasa lebih maslahat dan manfaat, mungkin ada baiknya usulan teman itu direnungkan, Bib. Sementara hal-hal teknis menyangkut kewarganegaraan, mungkin bisa diatur kemudian.