Jalaluddin Al-Suyuthi lahir pada bulan rajab tahun 849H atau 3 Oktober 1445-1505 M, pada malam ahad selepas Magrib. Beliau sudah menjadi seorang yatim pada usia 5 tahun 7 bulan. Nama al-Suyuthi diambil dari kota Asyut yang berada tepat di tepi barat sungai Nil. Sebagian literatur menyebutkan bahwa beliau bukanlah keturunan Arab. Konon ibunya berasal dari Turki.
Al-Suyuthi sendiri pernah menceritakan, “Kakek saya adalah orang non-Arab dari Timur. Beliau bernama Damam al-Din, seorang ahli hakikat dan guru tarekat. Dari tangannya, telah lahir beberapa tokoh dan pemimpin. Di antara mereka ada yang menjadi kepala pemerintahan, hakim, dan pedagang. Namun tidak ada seorang pun yang belajar secara mendalam, kecuali ayah saya.”
Ia adalah penulis Tafsir Jalalayn ini. Sedari dini ia dipenuhi dengan ilmu dan taqwa. Kedua matanya terbuka pada keilmuan dan ketakwaan, sebab sang ayah tekun mengajarkannya membaca al-Quran dan ilmu pengetahuan. Beliau menamatkan al-Qur’an pada umur 8 tahun dan sudah menghapal banyak hadis.
Menurut al-Dawudi, jumlah gurunya mencapai lima puluh satu guru. Sementara karya-karyanya berjumlah lima ratus tulisan. Popularitas karyanya sudah tersebar luas di Barat dan Timur. Ia dikenal sebagai penulis produktif dan prolifik.
Sebagai seorang ulama besar di zamannya, ia banyak menguasai berbagai macam disiplin pengetahuan. Ilmu hadis misalnya, ia mampu menjabarkan ilmu musthalah hadis dan segala aspek yang berkaitan dengannya secara baik dan dalam. Bahkan, ia menginformasikan sudah hafal dua ratus ribu hadis.
Ia berkata, “Seandainya menemukan lebih banyak hadis lagi, maka saya akan menghafalkannya”. Sehingga dengan tekat kuat belajar hadis, ia berkunjung ke berbagai negara demi mendapatkan ilmu.
Selain hadis, beliau juga menulis tafsir, ilmu bahasa, sastra, tasawuf, bahkan sejarah. Sumber informasi lain menyebut jumlah karyanya lebih dari 600 kitab. Maka dari itu, banyak akademisi dan peneliti yang menjulukinya denganthe most prolific writer in arabic literature. Di antara karyanya adalah Jam’u al-Jawami’, Tadrib al-Rawi, Miftah al-Jannah, Tanwir al-Hawalik, Tafsir Jalalayn, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, Asrar wa Ta’wil, dan masih banyak lagi.
Al-Suyuthi mengalami sakit di penghujung usianya selama tujuh hari, hingga ia meninggal pada jum’at tanggal 19 Jumadil Ula 911 H di rumahnya Raudhah al-Miqyas, yang bertepatan dengan 17 oktober 1505 M. []
Abdus Salam adalah alumni Pesantren Luhur ilmu Hadis Darus-Sunnah.