Islami.co (Jakarta) – Keputusan Muhammadiyah untuk mengelola usaha pertambangan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2024 telah memicu reaksi beragam dari berbagai kalangan, termasuk dari aktivis lingkungan di dalam organisasi tersebut. Hening Parlan, salah satu aktivis lingkungan sekaligus Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP. Muhammadiyah, menyampaikan kekecewaannya terkait keputusan tersebut.
Menurut Hening, pada 28 Juli 2024, Muhammadiyah resmi memutuskan untuk terlibat dalam sektor pertambangan. Langkah ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan, mengingat adanya sinyal-sinyal penerimaan tawaran tersebut yang telah mulai terdengar sejak pengumuman awal.
Namun demikian, tambah Hening, keputusan ini tidak diterima dengan tangan terbuka oleh semua pihak di dalam organisasi. Banyak warga Muhammadiyah yang merasa kecewa dan berharap agar organisasi tidak menerima tawaran tersebut, termasuk Hening Parlan.
“Saya terus terang berjuang keras menyampaikan data, memberikan perspektif lingkungan, menyampaikan dampak dan analisa bahwa sektor tambang yang notabene ekstraktif ini akan berbahaya dan lebih banyak madhorotnya,” ujar Hening Parlan kepada redaksi Islamidotco (29/7).
Ia menekankan bahwa industri pertambangan memiliki potensi besar untuk merusak lingkungan dan mengakibatkan dampak negatif jangka panjang yang signifikan.
Akan Tetap Kritis Meski Terima Keputusan Organisasi
Meski demikian, Hening juga menyatakan bahwa sebagai bagian dari Muhammadiyah, ia harus menghormati keputusan organisasi meski berbeda pendapat.
“Ketika Muhammadiyah sudah memutuskan, saya sebagai warga Muhammadiyah harus menghormati keputusan tersebut dan terus bersikap kritis serta membangun inovasi-inovasi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing,” lanjutnya.
Hening menegaskan bahwa keputusan Muhammadiyah untuk mengelola pertambangan tidak boleh membuat semangat perjuangan lingkungan surut. Ia mengajak seluruh warga Muhammadiyah untuk tetap berkomitmen pada tekad memperjuangkan lingkungan yang lestari dan masa depan generasi yang lebih baik. Menurutnya, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan.
“Saya sebetulnya berharap bisa lebih fokus pada semangat pemeliharaan lingkungan dalam Islam dalam bentuk-bentuk energi terbarukan, daripada berbisnis energi fosil,” tambahnya.
Ia menekankan bahwa eksploitasi sumber daya tambang dapat memicu bencana yang berkelanjutan dan mengancam keselamatan rakyat.
Penerimaan Muhammadiyah atas konsesi tambang yang diberikan pemerintah membuat para aktivis lingkungan Muhammadiyah dilematis. Di satu sisi, mereka ingin mendukung keputusan organisasi, namun di sisi lain mereka juga tidak bisa mengabaikan dampak lingkungan negatif dari kegiatan pertambangan. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Muhammadiyah untuk menyeimbangkan antara kebutuhan ekonomi dan tanggung jawab lingkungan. (AN)