Akhirnya, Arie Untung Ikut Pengajian Gus Baha

Akhirnya, Arie Untung Ikut Pengajian Gus Baha

Arie Untung takjub mendengar pengajian Gus Baha

Akhirnya, Arie Untung Ikut Pengajian Gus Baha

Mungkin anda masih ingat dengan video obrolan Daniel Mananta dan Arie Kuncoro Untung yang viral beberapa bulan lalu. Dalam video itu, kedua mantan VJ MTV ini sebetulnya ingin membahas masalah Islam dan terorisme. Sebelumnya, memang ada kejadian penembakan seorang perempuan di mabes polri. Perempuan itu ditembak karena menganjungkan senjata dan terduga bagian dari jaringan teroris. Perempuan berumur 25 tahun tersebut meninggal surat wasiat kepada orang tuanya. Isi surat wasiat itu menjadi bahan perbincangan antara Daniel Mananta dan Ariel Untung.

Dalam surat wasiatnya, perempuan terduga teroris mengingatkan orang tuanya untuk menjauhi bank. Alasannya, bank itu termasuk riba, dan tidak diberkahi Allah. Arie Untung dalam obrolannya, membenarkan bunga bank termasuk riba. Tapi dia menggarisbawahi bahwa bukan berati kita harus bunuh diri juga. Solusinya, bisa beralih kepada bank Syariah, sebagai bank yang dianggap lebih sesuai dengan Islam.

Ketika lagi asyik ngobrol, Daniel bertanya kepada mantan vokalis band Taboo itu terkait istilah fikih. “Fikih itu apa,” Kata Daniel. Dia menanyakan ini, karena dalam obrolan itu Arie menyebut istilah fikih, yang bagi Daniel, istilah itu mungkin saja tidak terlalu familiar, karena dia bukan Muslim. Arie tidak bisa menjelaskan istilah itu dengan baik, dia malah menggunakan analogi yang tidak tepat, sehingga potongan video itulah yang pada akhirnya menjadi bulan-bulanan netizen di dunia maya.

Ini bukan kali pertamanya Arie Untung dicibir di media sosial. Sebelumnya, beberapa kali dia pernah menayangkan komentar yang tidak tepat dan tidak kuat argumennya menurut banyak orang. Apalagi sejak dia hijrah, ekspresi keberagamaan yang ditampilkan Arie Untung, bagi sebagian orang, terkesan lebay dan berlebihan. Ada juga yang menuding Arie hijrah karena sudah tidak laku lagi di televisi. Apapun motif hijrahnya, hanya Arie Untung yang tahu.

Gus Baha: Gerbang Moderasi

Gaya beragama seorang tergantung pada siapa gurunya. Kalau gurunya berwawasan luas, pasti muridnya juga akan berwawasan luas, tidak mudah menyalahkan, dan menghargai perbedaan pendapat. Tapi kalau pikiran gurunya sempit, otomatis wawasan muridnya terbatas, sempit, dan tidak ramah dengan perbedaan. Sejauh ini, guru Arie Untung tidak jauh berbeda dengan selebritis hijrah lainnya. Apalagi Arie Untung termasuk selebritis yang aktif dalam kajian Musyawarah, komunitas yang menjadi tempat belajar banyak selebritis hijrah. Kalau diperhatikan di media sosialnya, kajian Musyawarah kerapkali mengundang pendakwah populer di media sosial, seperti Khalid Basalamah, Felix Siauw, Adi Hidayat, Abdul Shomad, Hanan Attaki, Handy Bonny,  dan lain-lain.

Karena punya latar belakang event organizer, Arie Untung sangat mengerti bagaimana memperbesar gerakan hijrah ini. Salah satu cara yang dilakukan Arie Untung untuk memperbesar gerakan hijrah adalah dengan membuat acara Hijrah Fest. Tujuan dari hijrah fest ini adalah mempertemukan antara pendakwah, jamaah, dan pedagang. Ada banyak pendakwah yang bagus, tapi tidak terlalu dikenal; ada banyak orang yang ingin belajar Islam, tapi tidak tahu caranya, dan tidak menemukan ustadz yang cocok; ada banyak orang yang hijrah, mereka beralih profesi menjadi pedagang misalnya, tetapi tidak menemukan market yang pas. Arie Untung mencoba mempertemukan ketiga unsur ini agar saling berkelindan, bermanfaat, dan menguntungkan.

Sebelumnya, nama Gus Baha belum masuk dalam ustadz yang menjadi rujukan selebritis hijrah. Ada banyak penyebab, di antaranya, mayoritas video pengajian Gus Baha yang beredar di media sosial berbahasa Jawa, sehingga sulit dimengerti orang yang tidak paham bahasa Jawa. Gus Baha juga tidak aktif secara langsung di media sosial, jadwal pengajiannya juga susah ditemukan di media sosial, dan ngundang Gus Baha untuk mengisi pengajian langsung agak susah dibanding pendakwah lainnya.

Tapi belakangan, Gus Baha mulai menjadi rujukan muslim Urban. Ada banyak orang kota yang mulai menikmati pengajian Gus Baha. Kedalaman ilmunya membuat banyak orang takjub, kaget, terutama bagi orang yang tidak pernah belajar Islam di pesantren. Popularitas Gus Baha di kalangan muslim Urban semakian menguat setelah diendorse langsung Adi Hidayat. Dalam beberapa pengajiannya, Adi Hidayat menyebut Gus Baha sebagai manusia Qur’an. Endorse dari Adi Hidayat ini setidaknya membantu untuk mengenalkan Gus Baha kepada selebritis hijrah. Selain Adi Hidayat, Najwa Shihab juga berperan besar dalam mempertemukan Gus Baha dengan muslim urban. Narasi TV sudah beberapa kali mengadakan kajian keagamaan dengan menghadirkan Gus Baha dan Prof. Quraish Shihab.

Sejauh ini, respons muslim urban terhadap Gus Baha masih sangat bagus. Bahkan, Arie Untung sekalipun sangat menikmati kajian Gus Baha. “Mind Blowing dengar kajian beliau tentang Nuzulul Quran dan Lailatul Qadr, gayanya yang sederhana adem sambil bercanda, ngakak, tapi bikin faham, jadi mestinya setiap malam, apapun tanggalnya selama Ramadhan kita gas teruus,”Kata Arie Untung dalam akun Instagramnya.

Saya tidak tahu persis, apakah sebelum Arie Untung, sudah ada selebritis hijrah yang mengendorse Gus Baha secara langsung di media sosialnya atau tidak. Endorse dari Arie Untung itu tentunya akan memperbesar dan memperluas jangkauan video pengajian Gus Baha. Andaikan Gus Baha diundang dan bersedia hadir dalam pengajian selebritis hijrah ataupun Hijrah Fest yang dibuat Arie Untung nantinya, tentu akan memberi warna lain bagi kelompok hijrah.

Selama ini, ekspresi keberagamaan selebritis hijrah dianggap sangat dekat dengan Salafi, Jamaah Tabligh, Tarbiyah, dan HTI. Hal ini sangat wajar karena memang kebanyakan penceramah yang mereka undang representasi dari kelompok itu. Sangat sedikit, untuk mengatakan tidak ada, representasi pendakwah pesantren aktif menemani selebritis hijrah. Dengan diterimanya Gus Baha, apalagi sudah direkomendasikan Adi Hidayat dan diendorse Arie Untung, ekpresi keberagamaan kelompok hijrah juga akan lebih beragam dan berwarna. Paling tidak rujukan beragama mereka tidak hanya dari Salafi, Jamaah Tabligh, Tarbiyyah, dan HTI, tetapi juga merujuk pada pendakwah-pendakwah pesantren, yang dianut oleh kebanyakan muslim di Indonesia.

Gus Baha, menurut saya, pendakwah yang sangat tepat untuk melakukan moderasi pemahamaan keagamaan di kalangan selebritis hijrah, dan muslim kota secara umum. Apalagi popularitas beliau di media sosial sudah tidak diragukan lagi. Gus Baha tidak hanya diterima di kalangan Muslim kota, kelompok jihadis, takfiri, sekalipun sangat senang mendengar pengajian Gus Baha.