Idealnya orang yang ahli di bidang agama memiliki akhlak yang mulia. Sebab, ia sudah mengerti antara yang dibolehkan dan yang diharamkan; yang terpuji dan yang tercela.
Namun, dalam kenyataan sosial, seringkali kita menyangsikan sesuatu yang tak ideal. Ahli agama terperosok dalam perbuatan tercela bahkan yang diharamkan.
Ini menunjukkan dua hal. Pertama, antara ilmu dan amal seringkali ada jarak yang lebar. ilmu berada dalam satu lembah, sementara mengamalkan ilmu berada di lembah lain.
Kedua, selain nabi tak ada yang suci. Siapapun kita tak terkecuali yang ahli agama bisa terjatuh dalam dosa. Jika tak terjerembab pada dosa-dosa besar, maka kita bisa terpeleset pada dosa-dosa kecil.
Karena itu, kita diperintahkan untuk saling mengingatkan bukan saling menyesatkan apalagi saling mengkafirkan.