Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, selalu penting untuk kita mengingat dan berpasrah kepada sang pencipta, tak hanya saat susah dan gundah gulana, melainkan juga saat berbahagia. Salah satu perwujudan dari mengingat Tuhan adalah melalui ibadah. Sebuah ritual yang ditujukan untuk mengingat kebesaran Tuhan dan bersyukur atas segala karunia yang telah diberi oleh-Nya. Meski begitu, Tuhan nyatanya tak meminta kita untuk terus-menerus bersimpuh di hadap-Nya hingga kita abai urusan dunia.
Melalui Qs. Al Jum’ah ayat 10, Tuhan memerintahkan kita untuk mengolah dan menikmati pula ciptaan dan rezeki yang telah disediakan-Nya. “Apabila telah selesai beribadah, maka bergegaslah menyebar ke (penjuru) bumi. Carilah rezeki Tuhan dan ingatlah Tuhan sesering mungkin agar kamu menjadi orang-orang yang sukses,” demikian kata Tuhan.
Tuhan tak mau kita jadikan ibadah sebagai satu-satunya kesibukan diri; ada banyak hal seru lain yang perlu juga dinikmati. Jelajah dan nikmatilah, sebab hal itu bisa pula menjadi bagian dari ibadah. Syaratnya, selalu mengingat Tuhan di manapun kita berada. Sebab, sebagaimana direkam oleh Alquran, ”Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya, dan kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Qs. al-Mulk ayat 15).
Di penutup ayat di atas, Tuhan menegaskan bahwa pada akhirnya, kita semua akan kembali kepada-nya. Karenanya, Tuhan berpesan agar kita hanya ”makan sebagian dari rezeki-nya”.
Ingatlah bahwa Tuhan hanya membekali kita dengan satu mulut saja, tak akan cukup untuk memakan semua. Karenanya, carilah rezeki secukupnya saja. Tak perlu tergesa-gesa dan terlalu berambisi untuk memiliki semuanya, sebab baik tidaknya rezeki yang kita dapat tidak ditentukan dari jumlahnya, melainkan manfaatnya. Tak ada guna rezeki yang melimpah namun justru menjauhkan kita dari kasih sang pencipta.
Jangan mengira Tuhan akan silau dengan kekayaan kita, sebab Ia adalah pusat segalanya. Harta yang kita punya saat ini tak lebih dari sekadar titipan saja; Tuhan bisa mengambilnya kembali kapanpun Ia kehendaki. Tanpa perlu ijin, tanpa perlu permisi. Itu sebabnya, mumpung masih dititipi, jangan lupa untuk berbagi.
Mencari rezeki memang kadang melenakan, hingga tak sedikit dari kita yang bahkan hingga lupa diri hanya demi mendapat lebih banyak rezeki. Kita tak peduli lagi dari mana dan dengan cara apa rezeki itu didapat; selama tambahan rezeki masih bisa didekap, sikat!
Rasul telah mencium gelagat ini sejak jauh hari. Seperti dicatat oleh al Tirmidzi, Rasul pernah berkata, ”Akan datang suatu masa, di mana orang tidak mau peduli dari mana ia mengais rezeki, baik dari jalan halal maupun haram.” Rezeki yang didapat dari cara haram, cara-cara yang tak disukai Tuhan, tak akan memberi kebaikan. Dalam kondisi ini, semakin banyak harta justru semakin menderita.
Karenanya, selalu awali dengan mengingat Tuhan, lalui prosesnya dengan terus mengingat Tuhan, dan akhiri proses mencari rezeki dengan bersyukur kepada Tuhan. Syukuri dan nikmati seberapapun rezeki yang didapat, sambil berharap agar rezeki tersebut dapat memberi manfaat. Tak perlu banyak, yang penting cukup. Tak perlu berlimpah, yang penting tidak membikin susah.
Awali dengan bismillah, akhiri dengan alhamdulillah. Insyallah, berkah.