Sebagian masyarakat terlalu mudah menyematkan julukan wali kepada seseorang. Ada orang yang perilakunya aneh disebut wali. Padahal tidak shalat, puasa, dan melakukan kewajiban agama lainnya. Orang yang seperti itu dikultuskan, alasannya karena takut kualat. Memang ada banyak penjelasan di dalam Islam untuk menghormati wali Allah. Misalnya, dalam hadis riwayat Abu Hurairah disebutkan bahwa Allah SWT berfirman, “Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku akan memerangi orang tersebut.”
Hadis ini tidak diragukan lagi kebenarannya. Hanya saja masalahnya siapa yang disebut dengan wali Allah. Almarhum KH. Ali Mustafa Yaqub dalam sebuah pengajian pernah menjelaskan hadis ini dengan sangat jelas. Menurut beliau, kita harus merujuk al-Qur’an untuk mendefenisikan wali Allah. Dalam surat Yunus ayat 62-63 dijelaskan:
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS: Yunus 62-63)
Ayat ini menunjukkan, di antara tanda waliyullah adalah orang yang tidak punya rasa takut dan juga rasa sedih. Mereka adalah orang yang beriman dan selalu bertakwa kepada Allah. Orang yang bertakwa mengerjakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Jadi tidak mungkin seorang wali meninggalkan kewajiban Allah atas dasar apapun.
Kadang-kadang, kata KH. Ali Mustafa Yaqub, banyak orang keliru dalam memahami wali. Ada yang mengatakan, tidak ada yang tahu siapa itu wali kecuali orang yang sudah menjadi wali. Terkadang juga banyak orang awam beranggapan orang yang melakukan hal-hal aneh adalah wali. Ada kiai tidak pernah shalat malah disebut wali.
“Tidak ada waliyullah melakukan perbuatan melanggar kewajiban Allah. Sekarang lebih tinggi mana wali atau Rasulullah? Rasulullah sendiri tidak pernah meninggalkan sembahyang. Bahkan meninggalkan shalat jamaah aja tidak pernah,” Tegas KH. Ali Mustafa Yaqub.