Dikisahkan Khalifah Harun Al Rasyid lagi-lagi memberikan misi mustahil kepada Abu Nawas. Ia tak bosan-bosannya ingin mmenguji kecerdikan Abu Nawas dengan perintah yang aneh-aneh. Kali ini ia meminta sesuatu yang tak wajar, yakni menuruh Abu Nawas .
“Hamba disuruh pergi ke bulan?” tanya Abu Nawas kepada Khalifah.
“Ya. Engkau harus pergi ke bulan,” titah Khalifah
” Baiklah Paduka, besok saya akan pergi ke sana,” jawab Abu Nawas enteng.
Mendengar jawaban Abu Nawas yang tanopa beban membuat Khalifah terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Abu Nawas menyanggupi tantangan yang sangat sulit darinya. Sambil mengernyitkan dahi, Khalifah berkata dengan penuh selidik, “Dari mana kamu akan pergi ke bulan?”
“Dari rumahku,” jawab sekenanya.
“Baiklah kalau begitu, besok aku akan pergi ke rumahmu pas malam hari. Aku akan melihat bagaimana caramu pergi ke bulan,” kata Raja.
Hari yang ditentukanpun tiba. Malam begitu cerah dan bulan purnama tampak terlihat jelas. Khalifah dan para petinggi istana tiba di rumah Abu Nawas ingin menyaksikan bagiamana ia pergi ke bulan. Namun ketika Khalifah tiba, Abu Nawas tidak ada di rumah. Yang ada hanya istrinya.
“Dimanakah Abu Nawas?” tanya Khalifah.
Istrinyapun menjawab, “Dia baru berangkat ke bulan baginda. Dia berkata juga bahwa dirinya akan pulang sebentar lagi.”
Khalifah menjadi penasaran mendengan jawaban itu dan berkata”Bagaimana Abu Nawas pergi ke bulan?
” Sederhana Baginda. Suamiku cukup memanjat pohon palem dan akan kembali lewat pohon palem di sebelah sana,” jawab istrinya sambil menunjuk pohon palem yang tak jauh dari rumahnya.
Khalifah dan rombongannya kemudian menuju pohon palem yang ditunjuk. Tak lama kemudian terlihat bayangan hitam yang turun dari pohon.
“Apakah itu engkau wahai Abu Nawas?” tanya raja.
“Betul Khalifah saya Abu Nawas,” jawabnya singkat
Merasa penasaran Khalifah bertanya lagi, “Apakah kau menyelidiki bulan dari pohon palem itu?”.
“Tidakl. Hamba hanya melakukan penyeldidikan ketika bulan mencapai tanah. Pohon hanya sekedar tangga untuk lewat menuju ke bulan,” jawab Abu Nawas.
Mendengar jawaban itu Khalifah Harun Al Rasyid pun tersenyum. Ia membatin akal bulus Abu Nawas boleh juga. Namun ia penasaran dan bertanya lagi,” Apa yang kamu lihat di sana?”
“Tidak ada apa apa hanya tanah dan gunung saja,” jawab Abu Nawas.
Jawaban itu tidak memuaskan Khalifah dan kemudian ia meminta saksi yang bisa menjelaskan bahwa Abu nawas benar-benra pergi ke bulan. “Kalau memang baginda minta saksi. Saya bisa memberikan jutaan saksi.”
“Jadi siapa saksimu itu?” tanya Khalifah.
Abu Nawas pun mengarahkan jarinya ke langit. “Lihat Baginda bintang-bintang itu adalah saksiku. Jika Baginda tidak mempercayaiku, silakan Baginda tanyakan sendiri secara langsung,” jawab Abu Nawas.
Jawaban tersebut membuat Khalifah tertawa dan berkata lagi. ” tetapi mengapa engkau idak mengajakku.”
” Maaf Baginda sudah terlambat. Hamba bisa pergi ke bulan hanya pada waktu tertentu saja,” katanya.