Kejayaan Islam di Eropa, khususnya di Andalusia, telah melahirkan ulama-ulama besar dalam berbagai bidang, dan karya-karyanya masih bisa kita nikmati sampai sekarang. Salah satu ulama yang lahir dari kejayaan Islam di bumi Andalusia adalah Abu Hayyan. Abu Hayyan adalah ulama ahli tafsir dan tata bahasa.
Nama lengkap Abu Hayyan adalah Abu Abdullah bin Yusuf bin Ali bin Yusuf bin Hayyan. Lahir di Motnares, sebuah tempat yang terletak di dekat kota Granada, Andalusia. Tepatnya beliau lahir pada penghujung bulan Syawal tahun 654 H.
Dalam karir intelektualnya, Abu Hayyan belajar ilmu Al-Quran dan Qiraat kepada para para ulama Granada. Saat itu Granada memang sering ‘melahirkan’ para ilmuan Muslim yang menjadi rujukan untuk menimba keilmuan Islam.
Sebagai seorang ahli tafsir, Abu Hayyan belajar tafsir kepada ayahnya sendiri. Yaitu Yusuf bin Ali, yang merupakan ahli dalam bidang tafsir. Kemudian beliau belajar qiraat sab’ah kepada al-Khatib Abd Al-Haqq Ibn Ali (670 H), Al-Khatib Abu Ja’far Ibn Al-Thaba’ dan belajar tentang bahasa kepada Al-Hafiz Abi Ali bin Ali Al-Ahwas dan Abi Ja’far bin Az-Zubair.
Pada tahun 677 H, Abu Hayyan meninggalkan Andalusia dan melakukan pengembaraan intelektualnya ke wilayah timur. Beberapa Negara yang pernah menjadi tempat singgah Abu Hayyan adalah Tunisia, Syam, Mesir dan Sudan. Selama perjalanannya, Abu Hayyan memanfaatkan waktunya untuk belajar dengan para ulama di masing-masing Negara.
Di Tunisia, Abu Hayyan tercatat pernah belajar dengan Abu Muhamad bin Abduddin Harun, Ahmad bin Ali bin Khalis al-Ishbily. Sedangkan di Sudan, ia belajar kepada Abdullah Al-Barjuni. Ketika di Mesir, ia belajar dengan beberapa pakar ilmu qiraat, seperti Ali Abd al-Nasir, Ismail bin Abdullah dan Baha’uddin bin Nahhas.
Abu Hayyan dulunya adalah pengikut madzhab Maliki yang menjadi mazhab paling populer di Andalusia, dan juga pernah menjadi penganut Mazhab Dzahiriyah, sebelum akhirnya mengusung paham Syafii ketika menetap di Mesir.
Abu Hayyan memiliki karya yang sangat terkenal yaitu Tafsir Bahr al-Muhith. Sebuah kitab tafsir, yang mempunyai peran besar dalam dunia pemikiran Islam, khususnya dikalangan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Tafsir Bahr al-Muhith sendiri tergolong ke dalam Tafsir bir-Ra’yi (Tafsir yang menjelaskan dengan pemikiran akal).
Tafsir Bahr al-Muhith ditulis Abu Hayyan sekitar tahun 710 H. Dalam muqaddimahnya, ia sedikit menjelaskan metode dan tehnik menafsirkan Al-Quran serta kualifikasi seseorang untuk menjadi seorang ahli tafsir.
Penulisan Tafsir Bahr al-Muhith sendiri banyak dipengaruhi oleh tafsir-tafsir yang muncul sebelumnya, seperti tafsir Al-Muharrar Al-Wajiz karya Ibnu Athiyyah, Al-Kasyaf karya Az-Zamakhsyari, Tafsir Makki karya Ibn Abi Talib dan At-Tahrir Wa At-Tahbir karya Ibn An-Naqib Al-Maqdisi. Namun dua kitab yang pertama, lebih dominan dalam mewarnai corak penafsiran Abu Hayyan dalam kitab tafsirnya yang berjumlah delapan jilid itu.
Di dalam Tafsir Bahr al-Muhith sendiri, memperlihatkan dominasi kajian kebahasaan seperti Nahwu dan Sharaf, sebagaimana keahlian utama Abu Hayyan. Pembahasan tentang Kebahasaan menempati posisi pertama di dalam tafsir ini, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan Asbabun Nuzul, Nasikh Mansukh, qiraat, I’rab dan aspek Balaghah serta Hukum.
Dalam aspek qiraah, Abu Hayyan menampilkan berbagai qiraah yang sahih. Adapun dalam aspek hukum, yaitu fikih, meskipun Abu Hayyan berafiliasi dengan Madzhab Syafii, namun Abu Hayyan mencoba memberikan diskripsi dan informasi yang memadai tentang hukum, terutama dalam tradisi empat madzhab fikih.
Secara umum tafsir Bahr al-Muhith karya Abu Hayyan mewakili tradisi sastra dan linguistik dalam dunia tafsir, dengan penekanan terhadap kajian nahwu, sharaf, i’rab, dan semantik ayat yang dilengkapi dengan informasi tentang ragam qiraah dalam pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an.
Selain ahli dalam bidang tafsir dan qiraah, Abu Hayyan juga ulama besar yang ahli dalam berbagai disiplin keilmuan seperti bahasa , terlebih dalam sintaksis bahasa Arab (nahwu) dan morfologis (Sharaf), qiraat, hadis dan fikih.
Abu Hayyan meninggal di Mesir pada 744 H, dengan meninggalkan berbagai karya dalam berbagai disiplin keilmuan yang beliau kuasai, seperti; Tafsir Bahr al-Muhith, An-Nahr al-Mad min Bahr al-Muhith, Gharib Al-Quran, Ittihaf al-Arif bi Mafi Al-Quran min al-Gharib, Nihayat al-Irab, Khulasat al-Bayan, At-Tayzil wa At-Takmil fi Syarh At-Tashil, Manzumat ala Syarh Syatbiyyah dan Lughoh Al-Quran.
Wallahu A’lam.