Pada zaman sahabat, bukan hanya yang ahli ibadah dan ahli ilmu saja yang dicintai oleh Nabi. Nabi pun mencintai penyair, bahkan juga mendoakannya.
Sejak zaman dahulu, kehidupan orang Arab tak bisa dipisahkan dengan syair. Mereka hidup berdampingan dengan syair. Seorang penyair di mata mereka adalah seseorang yang terhormat dan sangat dimuliakan. Bahkan dahulu, syair-syair yang dianggap paling indah dan bagus akan digantungkan di sisi Ka’bah, yang kemudian orang-orang biasa menyebutnya dengan istilah Almua’allaqot.
Hingga Islam datang, dan Nabi Muhammad ditunjuk sebagai Rasul, syair-syair Arab ini juga terus ikut berkembang. Abdul Aziz al-Atiq menyebutkan, pada masa awal masuknya Islam, tema-tema syair cenderung berputar dalam lingkup alhaja’ (ejekan) dan almadh (pujian) saja. Karena memang pada masa ini, secara garis besar kelompok penyair pun ikut terpecah menjadi dua golongan, yaitu mereka yang mendukung Islam dan memuji Rasul, dan kelompok lainnya yang melawan dan mengejek Rasul. Walaupun mungkin syair-syair lain di luar ejekan dan pujian masih ada, namun yang mencolok adalah kedua tema besar ini.
Golongan penyair yang masuk dalam kategori mendukung dakwah Rosul di antaranya adalah Hassan bin Tsabit, Ka’ab bin Malik, Abdullah bin Rowahah. Ketiganya mengabdikan kemampuannya dalam bersyair untuk mendukung Islam dari para kaum Quraisy serta memuji sang Nabi.
Dalam sebuah kisah, pada saat Abdullah bin Rowahah melihat Nabi sedang tawaf di Ka’bah, dia melantukan sebuah syair;
خلُّوا بَني الكفَّارِ عن سبيلِهِ # نَحنُ ضرَبناكُم على تنزيلِهِ
ضَربًا يُزيلُ الهامَ عن مقيلِهِ # ويذهلُ الخليلَ عن خليلِهِ
Minggirlah kalian wahai orang kafir jangan halangi dia, akan kami usir kalian dari tempatnya dia diuturunkan
Dengan pukulan yang dapat memutuskan kepada, dan yang memisahkan seseorang dari kekasihnya
Saat Umar mendengar Ibnu Rowahah yang sedang bersyair di Ka’bah, dia marah, dan langsung memarahi Ibnu Rowahah pada saat itu juga. Namun Nabi melarang Umar untuk memarahi Ibnu Rowahah, karena nabi justru tersenyum dan senang mendengar syair Ibnu Rowahah tadi. Bahkan Nabi memuji Ibnu Rowahah, dan Nabi berkata, “Biarkan saja wahai Umar, sungguh aku bersumpah bahwa syair Ibnu Rowahah tadi jauh lebih menusuk dari pada anak panah”.
Syair di atas menggambarkan bahwa pada saat itu, Ibnu Rowahah sedang menyerang kaum Quraisy dan mengancam mereka lewat syairnya, yang sebelum-sebelumnya mereka selalu menghalang-halangi Nabi dan kaum muslimin untuk menunaikan haji serta umrah di Baitullah, Mekah.
Ibnu Rowahah seakan puas dan bahagia bisa melihat dan menemani Nabi tawaf di Baitullah, yang pada akhirnya dia mengeskpresikan kepuasan dan kebahagiaan dengan bersyair seperti di atas.
Syair lain yang juga dilantukan oleh Ibnu Rowahah di depan Nabi adalah syair-syair yang berisikan pujian kepadanya, contohnya ceperti syair di bawah ini;
إني تفرست فيك الخير أعرفه # والله يعلم أنْ ما خانني البصر
أنت النبي ومن يحرم شفاعته # يوم الحساب فقد أزرى به الكثر
فثبت الله ما آتاك من حسن # تثبيت موسى ونصرا كالذي نصروا
Sungguh aku telah melihat kebaikan di dalam dirimu, dan Allah pun tahu bahwa apa yang dilihat oleh mata tak akan menipuku
Padahal engkau adalah sang Nabi yang syafaatnya begitu mulia pada hari kiamat, namun dahulu mereka banyak yang meremehkanmu
Allah telah mematenkan apa apa yang padamu adalah sebuah kebaikan, sebagaimana mematenkan musa dan pertolongan seperti yang mereka tolong
Secara garis besar syair ini merupakan syair yang berisikan pujian Ibnu Rowahah kepada Nabi, dengan menyebutkan segala keindahan pada dirinya dan ditambah dengan menyebutkan pangkatnya sebagai pemberi syafaat tunggal kelak di hari kiamat. Lalu diakhiri dengan doa yang menggunakan redaksi fiil madhi yaitu tsabbatallah.
Setelah mendengar syair ini dan sebagai tanda terimakasih, nabi pun mendoakan balik kepada Rowahah dengan doa tsabbatallahu lak. Doa ini begitu istimewa, selain berisikan harapan semoga Allah senantiasa melimpahkan kebaikan untuk Abdullah bin Rowahah. Ditambah lagi Nabi mengucapkan dhomir mukhathob yang langsung ditujukan serta dikhususkan kepada Abdullah bin Rowahah seorang. (AN)
Wallahu A’lam.