Pew Research Center dari Amerika merilis data pemeluk Islam di seluruh dunia yang berkembang pesat dalam 30 tahun terakhir. Menurut lembaga tersebut, saat ini jumlah pemeluk Islam mencapai 1,5 milyar, meningkat dari 500 ribu pada tahun 1970-an. Dari jumlah tersebut, Eropa turut menjadi bagian dengan jumlah mencapai 52 juta jiwa.
Angka tersebut tentu saja sangat fantastis. Apalagi agama Islam pernah menjadi mercusuar di benua biru tersebut. Beberapa kali diberitakan pula jumlah pertumbuhan masjid di Eropa terus meningkat. Bangunan yang awalnya bar atau rumah ibadah agama lain, diakusisi oleh para dermawan untuk dijadikan masjid. Tren ini terjadi di banyak negara, utamanya Inggris yang jumlah muslimnya mencapai 2,3 juta jiwa.
Di Inggris, masjid Al-Fadhal dan Baitul Futuh adalah dua masjid yang bersejarah. Al-Fadhal adalah masjid pertama di daratan Eropa pasca kejayaan Islam di Spanyol dan runtuhnya Turki Usmani. Masjid ini didirikan pada tahun 1926. Sementara masjid Baitul Futuh (2003) diklaim sebagai masjid terbesar dan termegah di Eropa Barat. Masjid ini terletak di jantung Britania, London, tepatnya kota Morden.
Keduanya menjadi simbol berkembangnya Islam di Inggris atau bahkan Eropa. Mereka membawakan ajaran Islam yang penuh kedamaian dan toleransi. Karenanyalah, Islam diminati oleh penduduk Barat yang selama beberapa waktu terjangkit islamophobia, rasa takut pada Islam.
Salah satu ciri masjid di Inggris adalah keterbukaannya pada semua orang. Mereka ingin membuang stigma negatif agama Islam yang dicap sebagai agama kekerasan. Hal ini diwujudkan antara lain dengan program visit my mosque day pada 05 Februari. Tahun ini, ada 150 masjid yang berpartisipasi dalam acara tahunan itu.
Kemajuan Islam di Eropa ditandai salah satunya dengan terpilihnya Sadiq Khan sebagai walikota London. Sadiq menjadi walibkota muslim pertama dalam sejarah. Sebuah kabar yang sempat membuat muslim di Indonesia gembira bukan main, lebih-lebih di media sosial. Bahkan ada yang membandingkan dengan ungkapan, ‘di London yang mayoritas kristen saja pilih muslim, masak di Indonesia enggak?’.
Namun kebanggan itu tidak bertahan lama setelah diketahui bahwa Sadiq Khan adalah seorang penganut Ahmadiyah. Bagi sebagian orang Indonesia, Ahmadiyah bukanlah bagian dari Islam. Apalagi Sadiq berasal dari partai politik beraliran sosialis, salah satu aliran politik ‘paling ditolak’ di negara ini.
Jika Ahmadiyah bukan bagian dari Islam, apakah sesungguhnya benar ada perkembangan Islam di Eropa? Sebab, data yang dilansir oleh berbagai lembaga memasukkan Ahmadiyah, Syiah dan berbagai aliran lain dalam kategori ini. Ahmadiyah sendiri merupakan kelompok yang paling banyak dianut di Inggris. Sementara di Indonesia, oleh beberapa kelompok, Ahmadiyah dan Syiah dicap bukan bagian dari Islam.
Masjid Al-Fadhal dan Baitul Futuh yang saya sebutkan di atas juga merupakan masjid yang dibangun oleh kelompok Ahmadiyah. Bisa dikatakan, kelompok ini adalah kelompok yang membawa pengaruh paling besar terhadap perkembangan agama Islam di Eropa pada saat ini. Muslim Council of Britain (MCB), salah satu lembaga muslim paling kredibel di Inggris pun memiliki anggota penganut Ahmadiyah yang sangat banyak.
Melihat kenyataan itu, saya sepakat dengan almarhum KH Abdurrahman Wahid untuk melihat titik-titik persamaan antara satu kelompok dengan lainnya, alih-alih melihat perbedaannya. Sebab, jika melihat perbedaan, akan sangat sulit mengatakan jumlah penganut muslim mengalami pertumbuhan yang pesat.