Bertani: Profesi Bernilai Berkah di Dunia dan Untung di Akhirat

Bertani: Profesi Bernilai Berkah di Dunia dan Untung di Akhirat

Melalui bertanilah kita diajarkan selalu sedekah, menjaga kesehatan baik mental, fisik maupun ekonomi. Bertani mengajarkan untuk menjadi manusia yang bukan hanya sekedar sholih ritual dan sosial, tetapi juga sholih lingkungan.

Bertani: Profesi Bernilai Berkah di Dunia dan Untung di Akhirat

Islam merupakan agama yang memberi petunjuk dan mengatur dengan detail segala aspek kehidupan manusia, baik di dunia maupun akhirat. Salah satu aspek penting yang diatur Islam adalah persoalan urusan yang berkaitan tentang dunia dan akhirat, yaitu perihal menjaga dan merawat lingkungan.

Lingkungan adalah aspek penting kehidupan, bukan hanya untuk manusia saja tetapi untuk semua makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Kehidupan manusia di dunia tentu membutuhkan sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut juga menjadi perantara penting untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh sebab itulah, Islam memerintahkan umatnya untuk menjaga dan merawat lingkungan.

Salah satu petunjuk dalam ajaran Islam tentang menjaga dan merawat lingkungan adalah anjuran untuk menekuni profesi bertani atau bercocok tanam, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.;

فلا يَغْرِسُ المُسْلِمُ غَرْسًا، فَيَأْكُلَ منه إنْسَانٌ، وَلَا دَابَّةٌ، وَلَا طَيْرٌ، إلَّا كانَ له صَدَقَةً إلى يَومِ القِيَامَةِ

Artinya, “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian manusia, hewan melata begitu pun burung memakan hasilnya, melainkan baginya sedekah hingga hari kiamat nanti.” (HR Muslim).

Dalam hadis lain Nabi saw bersabda;


إن قامت الساعة وبيد أحدكم فسيلة فإن استطاع أن لا يقوم حتى يغرسها فليفعل

Artinya: Apabila hari kiamat telah dibangkitkan, dan salah satu dari kamu memegang batang pohon korma, maka bergegaslah menanam.

Hadis di atas secara tidak langsung menjelaskan bahwa Islam merupakan agama yang memuliakan profesi bertani, atau pekerjaan yang berkaitan dengan sektor penanaman pohon. Kenapa bertani menjadi salah satu profesi yang dianjurkan oleh Islam bagi umatnya? karena bertani bernilai berkah di dunia dan untung di akhirat. Dimana dua hal ini berkaitan dengan tugas manusia sebagai khalifatullah fil ardh, yaitu menegakkan agama dan memakmurkan bumi. Sebagaimana firman Allah swt. dalam dalam QS. Hud ayat 61:

وَاِلٰى ثَمُوۡدَ اَخَاهُمۡ صٰلِحًا‌ۘ قَالَ يٰقَوۡمِ اعۡبُدُوا اللّٰهَ مَا لَـكُمۡ مِّنۡ اِلٰهٍ غَيۡرُهٗ‌ ؕ هُوَ اَنۡشَاَكُمۡ مِّنَ الۡاَرۡضِ وَاسۡتَعۡمَرَكُمۡ فِيۡهَا فَاسۡتَغۡفِرُوۡهُ ثُمَّ تُوۡبُوۡۤا اِلَيۡهِ‌ ؕ اِنَّ رَبِّىۡ قَرِيۡبٌ مُّجِيۡبٌ

Artinya; Manusia adalah khalifah Allah di bumi. Mereka mempunyai tugas untuk menegakkan agama dan memakmurkan bumi. Mengolah bumi sehingga menjadi tempat yang bisa menghasilkan manfaat, seperti membangun pemukiman untuk dihuni, masjid untuk tempat ibadah, tanah untuk pertanian, dan taman untuk ditanami pohon yang bisa dinikmati buahnya, atau untuk rekreasi.

Para ahli fiqih berpendapat bahwa pekerjaan terbaik yang dapat dipilih kaum muslimin salah satunya adalah bertani. Alasannya, karena pertanian memberi manfaat yang sangat luas, berhubungan dengan kebutuhan hidup orang banyak, dan kebutuhan pokok manusia yaitu makan.

Selain itu, bertani juga mampu mendekatkan seseorang kepada sifat dan sikap tawakal kepada Allah swt., dibanding dengan pekerjaan lainnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Zakariya al-Anshari dalam Asnal Mathalib:

أفضل ما أكلت منه كسبك من زراعة لأنها أقرب إلى التوكل ولأنها أعم نفعا ولأن الحاجة إليها أعم

Artinya, “Makanan terbaik yang ia konsumsi yaitu yang bersumber dari profesi dalam sektor pertanian, karena lebih mendekati sifat tawakal, juga manfaatnya lebih luas, begitupun kebutuhan pada hasil pertanian lebih banyak.”

Oleh karena itu, Menanam tanaman maupun pepohonan yang tidak merusak atau mengubah ekosistem lainnya, sejatinya berkontribusi untuk menjaga lingkungan. Hal tersebut adalah perbuatan baik yang diperintahkan dalam ajaran Islam dan bernilai sedekah. Hal ini selaras dengan hadis Nabi saw:

من نصب شجرة فصير على حفظها والقيام عليها حتى تثمر كان له في كل شيء يصاب من ثمرتها صدقة عند الله

Artinya: Barangsiapa menanam pepohonan, dan menjaganya dengan sabar, serta merawatnya hingga berbuah, maka segala sesuatu yang menimpa terhadap buah-buahnya akan dianggap shadaqah di jalan Allah. (HR. Ahmad)

Berkah di Dunia, Untung di Akhirat

Begitu mulia dan pentingnya profesi petani juga dijelaskan oleh KH Hasyim Asy’ari dalam sebuah tulisannya yang berjudul “Keoetamaan Bertjotjok Tanam Dan Bertani; Andjoeran Memperbanyak Hasil Boemi dan Menjoeboerkan Tanah, Andjuran Mengoesahakan Tanah dan Menegakkan Ke’adilan, pernah mengatakan “Pa’ Tani itoelah penolong Negeri ..”.

Apa yang dikatakan oleh KH. Hasyim Asy’ari di atas, perlu kita renungkan kembali dengan lebih mendalam. Apalagi di zaman modern seperti saat ini, profesi petani tidak banyak diminati oleh generasi muda kita di tengah kebutuhan pangan yang sangat besar. Padahal, bertani adalah sebuah pekerjaan bernilai ibadah yang membawa keberkahan di dunia dan keuntungan di akhirat.

Kemudian bagaimana bertani bisa membawa manusia untuk mendapatkan untung di akhirat? Karena seorang petani diajarkan untuk menjadi orang yang selalu bersyukur, sabar, Ikhlas, dan tawakkal. Bersyukur saat hasil panennya melimpah, dengan mengeluarkan zakat dan sedekah. Bersabar saat sedang proses menanam dan merawatnya, dengan proses yang panjang dan tidak instan. Serta Ikhlas saat tanamannya diserang hama, kena musibah, atau gagal panen. Dan bertawakkal atau berpasrah diri kepada Allah swt. di saat berbagai usaha telah dilakukan.

Bersyukur, sabar, ikhlas, dan tawakkal merupakan beberapa ajaran-ajaran penting dalam Islam, terutama untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. supaya mendapatkan kebahagiaan akhirat. Oleh sebab itulah, bertani mempunyai nilai keuntungan untuk akhirat. Disebut untung, karena bertani membawa banyak kebaikan dan teraplikasian secara langsung.

Selain untung di akhirat, bertani juga membawa keberkahan di dunia. Berkah sendiri diartikan dengan bertambahnya kebaikan. Maka, maksud dari bertani membawa berkah di dunia yaitu dengan bertambahnya kebaikan di dunia, seperti; perekonomi keluarga terjaga, solidaritas di tengah masyarakat semakin kuat, roda perekomian yang terus berputar, ketersediaan pangan negara terjaga, dan lain sebagainya. Dan tentunya, si petani mendapatkan hasil dari jerih payah yang telah dijalaninya.

Islam adalah agama yang begitu memuliakan profesi tani, atau pekerjaan yang berkaitan dengan sektor penanaman pohon. Menanam pohon dipandang sebagai amal jariyah dalam Islam, atau perbuatan yang pahalanya akan mengalir terus menerus, selama pohon tersebut bermanfaat bagi manusia atau makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya.

Sebenarnya, kerusakan alam selama ini disebabkan oleh keserakahan nafsu manusia untuk memperkaya diri dengan mengeksploitasi kekayaan alam tanpa memperhatikan keseimbangan ekosistemnya. Padahal Nabi saw. Bersabda:

صنائع المعروف تقي مصارع السوء وصدقة السر تطفئ غضب الرب

Artinya: Perbuatan-perbuatan baik akan melindungi kita dari berbagai keburukan dan sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi akan menghindarkan diri kita dari siksa Tuhan. (HR ath-Thabarani)

Maka dari itu, kerendahan hati dan semangat hidup damai menghindarkan orang yang memiliki keserakahan dan membuat konflik dalam mengelola dan memanfaatkan alam sekitar. Sebagaimana bertani yang mengajarkan manusia untuk berjalan secara tepat, bukan secara cepat. Menghargai proses, bukan hanya memikirkan hasil.

Apalagi dunia bukanlah tempat yang abadi. Hari ini yang kita lihat indah, hijau kemudian akan hancur sehingga Allah swt. mengingatkan tentang keadaan manusia, kalian berlomba-lomba mendahulukan kehidupan dunia padahal kehidupan akhirat lebih baik dan kekal.

Melalui bertanilah kita diajarkan selalu sedekah, menjaga kesehatan baik mental, fisik maupun ekonomi. Bertani mengajarkan untuk menjadi manusia yang bukan hanya sekedar sholih ritual dan sosial, tetapi juga sholih lingkungan. Dan para petani telah mengajarkan tentang cara bersyukur, sabar, ikhlas, dan tawakkal.

(AN)