Jadikan Liburan Lebih Bermakna dengan Membaca Buku

Jadikan Liburan Lebih Bermakna dengan Membaca Buku

Jadikan Liburan Lebih Bermakna dengan Membaca Buku

Desember bagi orang Indonesia memiliki nilai keistimewaan tersendiri. Jika di berbagai negara penamaan bulan Desember secara umum mengambil dari bahasa Latin ‘decem’ yang berarti ‘sepuluh’. Karena semula merupakan bulan kesepuluh di kalender Romawi Kuno ketika tahun dimulai pada bulan Maret.

Dalam catatan sejarah, penamaan bulan Desember di Indonesia didasarkan atas dua versi. Pertama, menyerap dari bahasa Bahasa Belanda ‘december’ yang juga berakar dari bahasa Latin.

Kedua, dari bahasa Jawa yang merupakan singkatan kata gede-gedene sumber yang memiliki arti besar-besarnya sumber (air). Karena sebagaimana dijelaskan Ahmad Arif (Kompas, 11 Juni 2022) mengutip Daldjoeni (1997), menurut pranata mangsa atau pola musim tradisional orang Jawa, Juni adalah awal musim kemarau.

Adapun Desember dianggap sebagai puncak musim hujan. Karena setiap memasuki bulan Desember, bisa dipastikan hampir setiap selalu turun hujan.

Bagi orang modern, bulan Desember juga menjadi bulan istimewa dan banyak ditunggu-tunggu oleh kebanyakan orang. Karena di bulan Desember menjadi hari liburan panjang serentak—bagi anak-anak sekolah, mahasiswa, berbagai instansi pemerintah, maupun pekerja di kantoran swasta. Berbarengan antara libur Natal, cuti bersama, libur semesteran, dan juga tahun baru.

Selayaknya orang pada umumnya, setelah melewati berbulan-bulan dengan rutinitas aktivitas padat sepanjang hari dan terkadang cukup menjemukan. Libur panjang Desember kerapkali dijadikan momentum untuk kegiatan berwisata, relaks, atau sekadar menikmati tidur dan bermalas-masalan.

Pentingnya Menikmati Libur

Adanya hari libur dan menikmatinya dengan berbagai kegiatan santai sekaligus menyenangkan, jika dikaji dari berbagai hal memang tidak ada yang salah dan bahkan menjadi sebuah kebutuhan yang cukup penting.

Ada sebuah penelitian yang dimuat di Journal of Applied Psychology tahun 2010, disebutkan bahwa karyawan yang tidak pernah liburan rentan diserang kelelahan emosional hingga menurunkan produktivitas kerja.

Merujuk hasil survei Harvard Business Review juga menyebutkan, jika karyawan yang berlibur ternyata dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih mudah, selain juga bisa bekerja lebih produktif jika dibandingkan dengan rekannya yang tidak berlibur.

Di samping itu ada hasil studi yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Illinois dan Northwestern University di AS, INSEAD di Perancis, dan Singapore Management University, yang menyebutkan pengaruh positif lain dari liburan, dapat meningkatkan kreativitas. Bagi pelajar dan mahasiswa pun libur sangat bermanfaat untuk menyegarkan tubuh, jiwa dan pikiran, serta mengembalikan mood menjadi lebih baik lagi dalam belajar dari sebelumnya.

Kalau pun merujuk ke agama, libur atau istirahat dari melakukan aktivitas juga dianjurkan di Islam.

Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Al Qashash ayat 73, yang artinya: “Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.”

Pemerintah juga telah menetapkan regulasi sebagai dasar hukum mengenai libur, istirahat panjang pekerja, dan cuti, mengingat memang hal itu penting dan sebagai bentuk dari hak untuk pekerja. Semua diatur dalam Perppu No 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja sebagai pengganti UU Cipta Kerja. Sedangkan hari libur dan cuti bersama di bulan Desember, selalu menjadi rutinitas khusus tiap tahunnya, pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri (Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi) untuk mengatur hal tersebut.

Jadi Lebih Bermakna dengan Membaca Buku

Ada banyak pilihan dalam menikmati dan memanfaatkan waktu libur. Umumnya banyak orang yang memanfaatkannya untuk melakukan perjalanan wisata dan rekreasi, baik di dalam negeri maupun hingga keluar negeri. Hal itu pun baik dilakukan, sebagaimana dikutip dari buku “Kumpulan 101 Kultum tentang Islam” karya M. Quraish Shihab (Lentera Hati, 2016) dijelaskan, menurut Imam Syafi’i setidaknya akan ada 5 manfaat yang dapat diperoleh dari perjalanan wisata dan rekreasi, yaitu; mengenyahkan gelisah, meraih kehidupan, ilmu, adab, dan pertemanan.

Di samping itu, pilihan lain yang bermanfaat bisa juga diisi dengan menjalankan berbagai hobi semisal melukis, menulis, bermain musik, renang, mengasah skill editing video, desain, fotografi, dan sebagainya. Termasuk juga agar lebih bermakna bisa dimanfaatkan untuk membaca buku. Karena membaca buku bisa menjadi alternatif pilihan mengisi liburan yang multi manfaat.

Beberapa alasan kenapa perlu menjadikan membaca buku juga menjadi pilihan. Pertama, membaca buku bisa dijadikan sebagai rekreasi pikir sekaligus membuka wawasan. Karena rekreasi pada dasarnya tidak hanya sekadar perjalanan fisik, namun juga perjalanan imajinasi dan pikiran.

Itulah sebabnya, banyak orang yang setelah menyelesaikan membaca sebuah buku merasa menjadi fresh. Nilai tambahnya, sekaligus juga dapat banyak wawasan baru dari buku yang dibaca.

Kedua, membaca buku bisa dilakukan di mana saja. Bahkan bisa jadi teman dalam perjalanan, atau dijadikan selingan ketika sedang posisi berlibur di tempat wisata. Sembari menikmati keindahan pemandangan alam, suguhan camilannya dan secangkir kopi, bisa sekaligus membaca buku. Bisa buku-buku popular dan ringan atau bahkan buku-buku fiksi seperti novel.

Ketiga, membaca buku pun aktivitas yang menyenangkan, jika buku yang dibaca memang memiliki informasi yang sedang dibutuhkan atau bukunya menyajikan hal baru dan pengemasan penulisannya juga bagus. Kalau pembaca sudah masuk ke dalam isi buku, sebenarnya bisa terhanyut ke dalam isinya. Tak mengherankan jika banyak diantara pembaca buku yang sampai lupa waktu dan makan, karena keasikan membaca.

Keempat, membaca buku juga menjadi alternatif bagi mereka yang budget-nya untuk liburan sedang tidak banyak, mungkin entah karena sedang menabung atau ada kebutuhan lain yang lebih penting. Karena membaca buku cukup low budget namun ber-impact. Bisa mendapatkan buku baru dengan membeli ke toko buku, toko online, datang ke perpustakaan, atau bahkan bisa datang ke berbagai coffe shop yang ada fasilitas bukunya.

Saat ini sudah mulai banyak coffe shop yang menyediakan fasilitas seperti itu di berbagai kota. Bisa dicari dengan google.

Kelima, di tengah kondisi budaya membaca di Indonesia saat ini masih begitu rendah. Di sisi lain menyongsong untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045, dan telah memasuki babak baru bonus demografi.

Membaca buku bisa dijadikan juga sebagai kekuatan bagi siapa saja untuk memperkuat wawasan, soft skill, dan memiliki daya saing. Karena bonus demografi bangsa ini, bisa menjadi bernilai positif (menjadi bonus), jika setiap pribadi mampu memenangkan persaingan. Demikian halnya Visi Indonesia Emas 2045 bisa diwujudkan, jika masyarakat siap memenangkan berbagai tantangan zaman di era digital.

Jadi membaca buku bisa menjadi alternatif pilihan yang perlu dicoba untuk menikmati dan memanfaatkan waktu liburan ini menjadi lebih bermakna. Dan sebagai pungkas kata, ungkapan Ray Bradbury, di tengah daya literasi membaca bangsa ini cukup rendah, tampaknya perlu direnungkan.

Sastawan asal Amerika itu pernah berkata, “Anda tidak harus membakar buku untuk menghancurkan budaya. Buat saja orang-orang berhenti membacanya.”