Seandainya Ibnu Batutah Naik Jet Pribadi

Seandainya Ibnu Batutah Naik Jet Pribadi

Seandainya Ibnu Batutah Naik Jet Pribadi

Apa yang bakal kaupelajari dari sebuah perjalanan?

Jika hal itu ditanyakan kepada sosok ratusan tahun lalu yang namanya abadi hingga kini bernama Ibnu Batutah, maka jawabannya bukan sekadar tamasya atau melihat-melihat atau sekadar eksplorasi tempat. Perjalanan adalah upaya menemukan. Menemukan apa saja, bahkan diri sendiri.

Ibnu Batutah adalah petualang dan cendekiawan dari abad ke-14 dan seorang muslim yang tangguh. Ia lahir di Tangier, Maroko, pada tahun 1304, Ibnu Batutah dikenal sebagai salah satu penjelajah paling hebat dalam sejarah dunia.

Dalam sejarah, ia sudah berjalan lebih dari 30 tahun dan menjelajahi seluk beluk dunia dan khazanah peradaban mulai dari Afrika Utara hingga Asia, dan dari Timur Tengah hingga ke Cina, menempuh sekitar 120.000 kilometer—jarak yang disebut-sebut  lebih jauh daripada penjelajah Eropa terkemuka seperti Marco Polo.

Ibnu Batutah pada usia muda diperkirakan  21 tahun, ia memulai perjalanan hajinya ke Mekkah dan diyakini jadi awal ia berpetualang.  Ia naik kuda dan kapal dan jalan kaki sampai ke Makkah dan tidak berhenti.

Usai berhaji, ia  melanjutkan perjalanannya ke berbagai tempat, menyusuri jalur perdagangan dan berjumpa dengan banyak peradaban. Ia jalan sampai Maroko, Mesir, Palestina, dan Suriah, hingga ke Jazirah Arab sampai ke Timur Persia dan Maldives. Bahkan disebut pernah singgah ke Jawa.

Keberaniannya mengarungi lautan, melintasi gurun, dan bertahan di tengah-tengah berbagai tantangan menjadikannya seorang pelancong yang legendaris. Ia pun memiliki jurnal dan catatan, salah satu yang terkenal bertajuk Rihla, yang berarti “Perjalanan”.

Ibnu Batutah, dalam perjalanannya, tidak hanya menjelajahi tempat-tempat baru, tetapi juga belajar dari berbagai kebudayaan dan tradisi yang ia temui.

Sebentar… sebentar… Jadi, kenapa judulnya terkait naik Jet?

Sabar… Begini… Sebelum bicara naik jet, baiknya kita bicara soal perjalanan dulu. Mari kita bicara soal traveling.

Dalam konteks modern, traveling itu penting dan bahkan lebih dari sekadar untuk mencari tahu, dapat menjadi cara bagi Muslim untuk memperkaya pengetahuan. memperluas jaringan sosial.

Ibnu Batutah adalah contoh nyata bagaimana perjalanan dapat memperkaya pikiran, memperdalam pemahaman, bukan hanya tentang menikmati pemandangan baru, tetapi juga tentang merenung, belajar, dan memperluas wawasan tentang dunia dan kehidupan.

Apalagi,  traveling menjadi lebih mudah diakses dan bisa menambah spek spiritual, intelektual, maupun sosial. Seperti Ibnu Batutah yang menjelajahi dunia dengan penuh semangat dan rasa ingin tahu.

Dan, jika Anda masih bertanya, apa kaitannnya dengan naik Jet? Tentu saja tidak ada.

Selain fakta bahwa tidak ada jet di zaman itu, dan perjalanannya–jika naik jet mungkin akan lebih cepat dari itu, Ibnu Batutah adalah sosok seperti kita. Kita yang memilih berjalan pelan, terus melangkah sedikit demi sedikit, setapak demi setapak dan menemukan keindahan di tiap perjalanan yang kadang melambat dan tidak secepat ketika naik jet pribadi.