Hati bagian penting dalam tubuh yang harus tetap dirawat. Hati tak jauh berbeda dengan jantung dan otak, di mana kalau dua bagian tubuh ini sudah rusak, maka seluruh tubuh manusia bisa bermasalah, bahkan berujung pada kematikan. Karena itu, Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin menekankan pentingnya menjaga, merawat, dan membersihkan hati dari penyakit.
Teks Khutbah Jumat: Cara Membersihkan Hati Menurut Imam Al-Ghazali
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا وَاخْتَارَنَا وَاجْتَبَانَا وَجَعَلْنَا خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُ بِاللهِ أَنْزَلَ عَلَى نَبِيِّنَا قُرْآنًا هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيَانًا قَالَ تَعَلَى: وَقَضَى رَبُّكَ اَنْ لَاتَعْبُدُوا اِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا. نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَهُوَ الَّذْي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الْصَّالِحَاتُ وَنَشْهَدُ اَنْ لَا إِلَهَ إِلَّاللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ أَوْجَبَ طَاعَةَ الْوَالِدَيْنِ وَحَرَّمَ عِصْيَانَهُمَا وَنَهْرَهُمَا وَ نَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْعُظَمَاءِ اَلْقَائِلُ: اَلْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الْأُمَّهَات. أَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْبَرَارَةِ الْكِرَامِ. أمَّا بَعْدُ: فَاتَّقُوا اللهَ – عِبَادَ اللهِ- حَقَّ التَّقْوَى. قال الله تعالى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُوْنَ.
Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah
Ratusan tahun yang lalu, Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar Islam, menulis satu kitab yang sangat populer, yaitu Ihya Ulumiddin. Kitab ini sampai sekarang masih terus dipelajari dan dikajadi di berbagai dunia. Ini menunjukkan bahwa apa yang dibahas Imam Al-Ghazali puluhan abad yang lampau itu masih terus relevan dengan situasi masyarakat sekarang.
Dalam kitab ini, Imam Al-Ghazali lebih fokus pada aspek yang dianggap bagian penting dalam agama, yang selama ini terlihat diabaikan, yaitu bagaimana melatih hati manusia dan menjalin hubungan dengan Allah SWT. Keilmuan Islam yang berkembang saat itu, seperti fikih misalnya, hanya fokus pada aspek lahiriah semata, dan kerapkali mengabaikan aspek batiniah dari ibadah.
Menurut Imam al-Ghazali, salah satu bagian penting dalam tubuh manusia adalah qalbu, hati. Karakter dan sifat manusia sangat bergantung pada hatinya. Beliau mengibaratkan hati manusia seperti seorang raja, sementara anggota tubuh yang lain diibaratkan prajurit.
Kalau hatinya baik dan bersih, otomatis seluruh anggota tubuhnya juga akan baik. Mata, telinga, mulut, kaki, tangan, dan anggota tubuh lainnya akan diarahkan pada kebaikan dan hal-hal yang disukai oleh Allah SWT. Sebaliknya, kalau hatinya dikuasai oleh setan dan hawa nafsu, bisa dipastikan seluruh anggota tubuhnya akan diarahkan pada hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT.
Hal ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW:
أَلَا إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ؛ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ
Artinya:
“Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka seluruh tubuh akan menjadi baik. Sebaliknya, bila segumpal daging itu rusak, semua anggota tubuh juga akan ikut rusak. Perhatikanlah, bahwa segumpal daging yang dimaksud adalah hati.” (HR: Bukhari-Muslim)
Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah
Penting sekali untuk memperhatikan bagaimana kondisi hati kita, seperti halnya peduli dengan kondisi kesehatan tubuh kita. Kalau kita rutin cek kesehatan ke dokter, mestinya kita juga harus sering cek kondisi hati kita, supaya kalau ada yang bermasalah, bisa disembuhkan dengan segara.
Ibarat penyakit, kalau tidak diobati, penyakit itu bisa menjadi parah dan susah disembuhkan. Begitu pula hati, kalau hatinya sudah tertutup, karena saking banyaknya melakukan dosa, cahaya kebenaran akan susah masuk ke dalam hatinya. Inilah yang diistilahkan dengan “hatinya sudah tertutup”, hal ini sebagaimana disebutkan Allah dalam al-Qur’an:
خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰٓ أَبْصَٰرِهِمْ غِشَٰوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya:
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup.” (QS: al-baqarah ayat 7)
Atau dalam surat al-Nahl ayat 108:
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ طَبَعَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَأَبْصَٰرِهِمْ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ
Artinya:
“Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS: Al-Nahl ayat 108)
Semoga kita tidak termasuk bagian orang yang lalai dan yang dikunci mati hatinya oleh Allah SWT. Sebab itu, Imam Al-Ghazali mengingatkan agar kita terus memperhatikan hati, supaya tidak jauh pada kelalaian. Seperti halnya, besi, supaya tidak berkarat ia harus tetap dijaga dan dibersihkan. Kalau karatnya sudah menumpuk, semakin susah untuk membersihkannya.
Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah
Seluruh manusia sebetulnya lahir dalam keadaan hati yang bersih. Tidak ada manusia yang lahir dalam keadaan hati yang kotor. Sebagaimana sabda Rasulullah, setiap bayi yang lahir pasti dalam keadaan suci. Akan tetapi, ketika beranjak dewasa, karena dipengaruhi lingkungan atau lainnya, manusia mulai melakukan dosa, sehingga dosa-dosa itu membuat hatinya menjadi semakin tertutup.
Jadi kalau ditanya, kenapa Allah di dalam ayat yang disebutkan tadi mengunci hati manusia, jawabannya adalah karena mereka melakukan dosa dan tidak pernah berusaha untuk bertaubat. Dosa itu ibarat noda hitam, yang kalau dibiarkan, lama kelamaan akan membuat hati yang bersih dan putih, menjadi gelap dan kotor.
Pertanyaan berikutnya adalah apa yang harus dilakukan kalau hati sudah kotor? Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ هَذِهِ الْقُلُوبَ تَصْدَأُ كَمَا يَصْدَأُ الْحَدِيدُ إِذَا أَصَابَهُ الْمَاءُ. قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا جِلَاؤُهَا؟ قَالَ: كَثْرَةُ ذِكْرِ الْمَوْتِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْآنِ
Artinya:
“Hati ini berkarat seperti halnya besi jika terkena air. Rasulullah ditanya bagaimana cara membersihkannya? Beliau menjawab, ‘Banyak mengingat mati dan membaca al-Qur’an.’” (HR: Baihaqi)
Imam al-Ghazali menambahkan, selain mengingat kematian dan membaca al-Qur’an, perbanyaklah beribadah kepada Allah, bershalawat, dan dzikir dalam keadaan sunyi, mengintropeksi diri, supaya kita tahu benar-benar tahu apa yang menjadi kelemahan, kekurangan, dan penyakit yang tersembunyi dalam hati kita.
Mengetahui kekurangan dan penyakit hati sangat penting. Bagaimana menyembuhkannya kalau kita sendiri tidak tahu apa penyakitnya? Karena itu, Imam al-Ghazali menambahkan, selain berzikir dan intropeksi diri, yang bisa dilakukan untuk mengetahui penyakit dan kekurangan hati adalah dengan cara bertanya kepada guru, teman yang saleh, dan orang yang membenci kita.
Bertanya kepada orang yang membenci adalah salah satu cara yang efektif untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan hati kita. Karena mereka paling tahu, selalu mengungkap, dan mencari kesalahan kita terus-menerus.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ بِاْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَلَى: وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ االْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكمم، وَلَذِكرُ اللهِ أَكْبَرُ