Pesantren? Siapapun yang mendengar nama ini, tentu yang hadir dalam benak adalah lembaga yang bervisi misi mulia menjadikan para santrinya cerdas dan berahlak mulia. Pesantren juga selalu menjadi pilihan orang tua yang selektif dalam memperhitungkan lingkungan yang baik dan ilmu agama yang mumpuni.
Namun, sekarang, karena kasus kekerasan seksual yang tengah beredar di media, bayangan kekaguman terhadap pesantren seketika lenyap. Berita itu begitu membuat setiap telinga begitu geram dan mengelus dada. Fatalnya, pendidik, seseorang publik figur di sebuah lembaga yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, malah menjadi dalang dalam pencemaran ini.
Dari kasus ini, bisa jadi pelajaran bersama, khususnya kepada orang tua, agar cermat dan jeli sebelum memasukan anaknya ke pesantren. Jangan lantas, karena iming-iming finansial, lalu kemudian asal menerima tawaran mondok gratis tanpa menyeleksi terlebih dahulu.
Penulis tidak hendak memberi stigma kepada pondok-pondok pesantren yang gratis, karena masih banyak pesantren gratis di luar sana yang amanah. Namun hal ini perlu menjadi evaluasi bagi seluruh orang tua di Indonesia. Jangan sampai niat baik untuk mengantarkan anak mencari ilmu, tapi yang terjadi malah mempertaruhkan masa depan sang anak.
Tips Memilih Pesantren
Pertama, pesantren sebaiknya memiliki hubungan baik dan terbuka dengan masyarakat sekitarnya. Hindari memilih pesantren yang tidak jelas latar belakangnya, apalagi tertutup dari lingkungan sekitarnya. Pesantren seyogyanya selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, termasuk dalam bersosialisasi. Islam tidak mengajarkan sikap tertutup. Banyak pesantren yang sangat luwes dalam bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Pesantren yang tertutup dari lingkungan sekitarnya perlu dipertimbangkan oleh para orang tua.
Kedua, pastikan pesantren yang dibimbing oleh tokoh-tokoh terpercaya, bukan hanya keilmuan, tetapi juga akhlaknya. Beberapa di antaranya dengan meminta pendapat para ulama atau tokoh yang lain. Bila menemukan doktrin-doktrin ‘aneh’ atau sikap tidak terpuji, khususnya dari pengasuh atau ustadz yang mengajar di sana, perlu menjadi catatan dan peringatan.
Ketiga, lihat para alumninya. Biasanya pesantren-pesantren bagus akan menghasilkan lulusan yang bagus pula. Meskipun hal ini tidak berlaku bagi semua lulusan pesantren tersebut. Namun bisa dibandingkan di antara lulusan-lulusannya. Bahkan jika perlu, tanyakan semua kegiatan dan pengajaran yang ada di pesantren kepada para alumni yang dikenal.
Keempat, minta rekomendasi dari para ulama terpercaya. Apalagi orang tua yang tidak paham Islam sangat dianjurkan untuk bertanya, agar jangan sampai anak-anak menjadi korban dari ketidaktahuan orang tuanya.
Tantangan Pesantren ke Depan
Berita kekerasan seksual di pesantren tersebut bisa membuat setiap orang tua yang mengirimkan anaknya ke pesantren merasa gelisah. Namun tenang, selama kita selektif dalam memilih pesantren sebagaimana disebutkan di atas, maka dengan izin Allah semuanya akan baik-baik saja.
Berita tersebut juga menjadi pembelajaran bagi pengasuh dan pengurus pesantren untuk menyeleksi dengan tepat guru-guru dan para pengurus yang ada di pesantren. Serta tidak menutup diri untuk terus menerima saran-saran pengembangan dari luar.
Pemerintah juga perlu tegas dalam memproses setiap kasus kekerasan seksual yang terjadi. Lembaga pendidikan, seperti pesantren, yang terindikasi memiliki kasus suram pelecehan seksual perlu ditindak tegas. (AN)