Syahdan suatu hari Sufyan bin Ibrahim melihat Ibrahim bin Adham sedang sesenggukan menangis di pinggir jalan. Melihat hal itu Sufyan memberanikan dirinya bertanya kepada Ibrahim,”Mengapa engkau menangis seperti itu?”
Namun Ibrahim hanya terdiam. Ia tidak menjawab sama sekali. Pertanyaan itu diulangi lagi.
Setelah ketiga kalinya Ibrahim menjawab,”Kuminta engkau merahasiakan apa yang terjadi padaku dan tidak menceritakan ini kepada orang lain.”
Permintaan tersebut kemudian disetujui oleh Sufyan. “Silakan ceritakan apa yang terjadi padamu,” ujar Sufyan.
Ibrahim kemudian menceritakan kisah yang terjadi padanya bahwa dirinya ingin makan sop. Bahkan telah 30 tahun menahan untuk tidak makan sop. Namun semalam ia bermimpi bahwa seorang pemuda datang dan membawa mangkuk hijau berisikan sop yang masih hangat dan segar.
Namun Ibrahim menolaknya. Kemudian si pemuda tadi menyodorkan lagi sop itu sambil berkata,” Hai Ibrahim makanlah ini !”
“Aku tidak makan sesuatu yang selama tiga puluh tahun aku tidak mencicipinya karena Allah,” jawab Ibrahim.
“Bagaimana menurutmu, jika yang memberi makanan ini adalah Allah SWT,” tanya si pemuda itu.
Pertanyaan tersebut membuat Ibrahim menangis. Kemudian si pemuda itu menyodorkan kembali sop itu kepada Ibrahim dan memintanya untuk dimakan. Namun Ibrahim kemudian berkata,”Bagaimana aku memakan sesuatu yang tidak jelas asal usulnya?”
Lalu pemuda itu menjawab,”Semoga Allah mengampunimu wahai Ibrahim. Sesungguhnya mangkok yang berisikan sop ini pemberian Malaikat Ridwan yang menyuruh ku memberikannya kepadamu.
Karunia ini sebagai balasan atas kesabaran mu menahan diri dari makan dan keinginan hawa nafsumu selama ini. Saya mendengar para malaikat berkata,” Barangsiapa diberi sesuatu tapi ia menolak, maka ia mencari sesuatu yang tidak akan diberi.”
Penjelasan itu membuat Ibrahim menerimanya sambil berkata,” Kalau demikian asal usulnya, baiklah aku terima. Namun hal ini tidak akan mengkhianati perjanjian ku dengan Allah Taa’la.”
Setelah itu Ibrahim melihat pemuda lain mengulurkan tangannya ke pemuda itu sambil berkata,” Hai Khidir berikanlah sop ini kepadanya.”
Maka pemuda yang bernama Khidir itu kemudian menyuapi Ibrahim hingga terbangun dari tidurnya. Kelezatan bahu sedap sop hangat itu dirasakan Ibrahim ketika bangkit dari tidurnya. Kemudian Ibrahim pergi ke sumur zam-zam dan berkumur untuk mencuci mulutnya. Akan tetapi lezat dan bau sedap makanan itu masih juga tercium aromanya dari mulut.
Mendengar cerita ini, Sufyan meminta Ibrahim mendekatkan mulutnya. Ternyata aroma sop masih juga tercium oleh Sufyan.