Pilpres 2024 memang masih lama, tapi pembahasan mengenai Capres ke depan sayup-sayup telah terdengar. Ini menyusul terpilihnya kembali Prabowo Subianto menjadi orang nomor wahid di Partai Gerindra dalam Kongres Luar Biasa (KLB) di Hambalang, Bogor, Sabtu (08/08).
Hanya saja, yang terdengar kali ini bukanlah dukungan terhadap sosok pesaing Jokowi dua kali Pilpres ini, melainkan yang melambung adalah penolakan terhadap Prabowo bilamana nyalon lagi.
Lebih mengejutkan, yang menyuarakan penolakan terhadap Prabowo itu adalah PA 212. Ya, Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) Slamet Maarif, misalnya, menyatakan bahwa urusan pihaknya sudah selesai dengan Prabowo Subianto. PA 212 mengklaim tak akan menjagokan Prabowo, kendati menjadi Capres untuk Pilpres 2024.
Menurut Slamet, pesta demokrasi lima tahunan itu perlu memberi kesempatan bagi para anak muda untuk memimpin Indonesia.
“Bagi kami urusan Prabowo Subianto sudah selesai. [Pilpres] 2024 masih jauh dan banyak kesempatan kalangan muda untuk menjadi pemimpin negeri ini,” kata Slamet seperti dilansir CNNIndonesia.com, Senin (10/8).
Lebih jauh, Slamet menyebut tokoh-tokoh yang dia nilai layak memimpin Indonesia.
“Banyak tokoh muda, ada SSU (Sandiaga Salahudin Uno), Wagub DKI (A Riza Patria), Gubernur DKI (Anies Baswedan), Gym, UAS (Ustaz Abdus Shomad), HRS (Habib Rizieq Syihab), dan lain-lain,” tambahnya.
Di lain pihak, Gerindra punya pandangan lain. Politikus Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, dikutip detik.com, menyatakan bahwa apa yang dibilang Slamet merupakan opini belaka.
“Pendapat itu boleh-boleh saja. Tetapi kita, Gerindra, punya mekanisme sendiri, dan mekanisme itu diatur sesuai dengan AD/ART Partai Gerindra,” kata Dasco.
“Kalau Pak Slamet Maa’rif mengatakan Pak Prabowo sudah selesai, mungkin berbeda pendapat dengan kader partai Gerindra. Kami juga menghargai apabila kemudian Pak Slamet berpikir untuk membuat partai sendiri,” tambahnya.
Yah, di masa-masa pandemi seperti ini, mencari siapa Capres yang layak untuk 2024 memang tampak lebih masuk akal bagi PA 212. Bukan apa-apa, soalnya kalau mau mencari vaksin virus corona, itu malah tidak sesuai dengan garis besar haluannya yang memang politik sentris, bukan? (AK)