Hidup memang selalu berputar. Jika ada orang kaya, maka suatu saat akan ada yang miskin. Jika ada yang hidup, maka suatu saat ada yang mati. Begitulah seterusnya.
Apalagi kematian. Semua orang tidak akan ada yang menginginkan kematian. Semua orang pasti ingin diberikan umur yang panjang, bahkan jika memungkinkan, semua orang akan meminta untuk diberikan hidup selamanya.
Perihal kehidupan dan kematian ini, menjadikan seorang khalifah bernama al-Mansyur bertanya-tanya. Ia pun berandai-andai jika saja kehidupan ini tidak ada kematian, tentu ia akan sangat bahagia, bisa menjadi khalifah selamanya.
Suatu hari hayalan al-Mansyur tersebut ia tenyakan kepada salah seorang menterinya, ar-Rabi’ bin Yunus, “Hai Rabi’! Alangkah indahnya dunia ini bila saja tidak ada kematian!”
“Demi Allah! Ya Amiral Mukminin! Tanpa kematian dunia ini tidak akan indah!” Jawab ar-Rabi’.
“Mengapa demikian, hai Rabi’?” Tanya al-Mansyur.
Namun tak disangka, jawaban ar-Rabi’ sangat mengejutkan khalifah al-Mansyur, “Tanpa kematian, kesultanan ini tidak akan sampai kepada Tuan!” jawab ar-Rabi’.
Memang benar, al-Mansyur memang harus berterimakasih kepada kematian, tanpa adanya kematian, ia tidak akan bisa menjadi khalifah. Karena pencapaiannya sebagai khalifah, tak terlepas dari pembunuhan dan kematian para pendahulunya.
Wallahu A’lam.