Munculnya virus Corona telah mengubah tatanan kehidupan manusia di dunia termasuk kehidupan umat Islam sehari-hari seperti ibadah shalat dan lainnya. Virus yang berpotensi mematikan ini tidak hanya menyebar di negara-negara Asia yang merupakan awal munculnya virus tersebut, tetapi juga sudah menyebar di berbagai negara yang ada di dunia termasuk di kawasan benua Afrika.
Salah satu negara yang mengantisipasi menyebarnya virus Corona di benua Afrika adalah Sudan. Sudan yang masih dalam transisi pemerintahan dan belum pulih pasca kudeta terhadap Omar Bashir yang menelan banyak korban jiwa, kini harus menghadapi permasalahan baru, apalagi kalau bukan penyebaran virus Corona.
Untuk mengantisipasi penyebaran virus tersebut, pemerintah Sudan melalui berbagai kementeriannya telah mengeluarkan berbagai surat edaran dan himbauan terhadap rakyat Sudan. Salah satunya adalah melalui kementrian yang mengurusi bidang keagamaan yaitu Wizaroh Syu’un al-Diniyah wa al-Auqaf. Lewat kementrian tersebut, pemerintah Sudan mengeluarkan beberapa himbauan yang menyangkut perihal peribadahan umat Islam yang ada di Sudan.
Sebagaimana dilansir dalam fanspage AJA Sudan atau الجزيرة-السودان. Dalam fanspage tersebut, disebutkan ada tiga himbaun yang dikeluarkan untuk menyegah penyebaran virus Corona, sebagaimana berikut:
Pertama, yaitu memperpendek jeda waktu antara Adzan dan Iqamah. Sebagaimana diketahui, jarak antara Adzan dan Iqamah di masjid-masjid yang ada di Sudan berkisar antara 10 menit sampai dengan 20 menit. Jeda waktu tersebut bertujuan untuk menunggu para jama’ah berkumpul di masjid kemudian melaksanakan shalat jamaah lima waktu. Mereka yang datang di awal, biasanya memanfaatkan waktu jeda antara Adzan dan Iqamah untuk membaca Al-Qur’an. Namun, untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona, waktu jeda yang biasanya bisa digunakan untuk membaca Al-Qur’an beberapa halaman tersebut harus diperpendak atau dipercepat demi menghindari adanya kontak langsung antar jamaah yang lumayan cukup lama.
Himbaun kedua adalah diperbolehkannya khutbah Jumat dengan waktu yang sangat pendek, atau diperbolehkan meringkas khutbah sependek mungkin tanpa melanggar syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam khutbah Jumat. Dalam beberapa komentar di laman الجزيرة-السودان tersebut, ada sebuah komentar yang menyatakan bahwa ada khutbah di sebuah masjid di Sudan dengan panjang hanya tiga kalimat. Karena saking cepatnya khutbah tersebut, membuat banyak orang berlarian dari rumah ke masjid supaya tidak ketinggalan dan tetap bisa melaksanakan shalat Jumat. Padahal kebanyakan masjid yang ada di Sudan, durasi khutbahnya lumayan panjang-panjang bahkan bisa sampai satu jam atau lebih.
Baca juga: Libur Shalat Jumat dan Mengganti Azan Karena Corona
Adapun himbauan yang menarik dan unik adalah poin ketiga, yaitu terkait dengan jarak shaf antar jamaah yang melaksanakan shalat jamaah di Masjid. Bahwa shaf para jamaah dihimbau harus berjauhan antara satu jamaah dengan jamaah yang lain dengan jarak minimal 1,5 meter.
Biasanya, shalat jamaah di masjid-masjid di Sudan dilaksanakan dengan shaf yang sangat rapat dan bisa dikatakan saling berdesakan satu sama lain untuk merapatkan shaf. Sehingga untuk menghindari kontak langsung antar para jamaah shalat dengan virus Corona, jarak shaf dibuat selonggar itu.
Akan tetapi di balik himbauan tersebut, masyarakat Sudan masih beraktivitas di luar rumah dengan menggunakan transportasi umum dan berdesak-desakan. Sehingga dalam hal ini, walaupun ada himbauan-himbaun kepada masjid untuk memperpendek waktu antara Adzan dan Iqamah, kemudian memperpendek waktu khutbah Jum’at dan menentukan jarak shaf shalat jama’ah satu meter setengah untuk mencegah penyebaran virus Corona. namun dalam praktiknya, masih banyak kontak langsung antar masyarakat di tengah keramaian yang ada di luar masjid.
Pertanyaannya kemudian, kenapa yang diberi himbauan adalah yang beribadah di dalam masjid, bukan mereka yang beraktifitas di luar masjid. Bisa jadi virus Corona mudah menyebar di dalam masjid yang ada di Sudan dengan ruangan tertutup dan AC yang lumayan dingin. Sedangkan di luar masjid, cuaca begitu panas sehingga virus ini tidak kuat dengan panas yang ada di negara Sudan. Tentu saja terkait hal ini hanya dugaan dan asumsi penulis saja, sehingga perlu penelitian yang lebih mendalam.