Segala hal tentang Nabi Khidir memang masih diselimuti banyak misteri hingga saat ini. Mulai dari penyebutan namanya antara Khidir atau Khadir, posisinya di dunia sebagai nabi/wali/hamba biasa yang saleh, kebenaran tentang Nabi Khidir sebagai sosok yang masih di bumi atau telah dipanggil ilahi, hingga garis keturunan Nabi Khidir yang masih menjadi perdebatan antara Ulama’.
Tulisan kali ini akan fokus pada garis keturunan Nabi Khidir (misteri-misteri lainnya akan ditulis di waktu lain. Semoga pembaca yang budiman berkenan mendoakan), bahkan ada pendapat yang menyatakan bahwa Nabi Khidir adalah cucu dari Fir’aun; Benarkah?
Pendapat yang menyatakan Nabi Khidir merupakan cucu dari Fir’aun adalah pendapat dari Muhammad bin Ayyub. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ayyub al-Kilabi al-Wasithi. Beliau adalah seorang perawi yang jujur dan dapat dipercaya dan hadits-haditsnya banyak dirujuk oleh Ibnu Majah (dalam At Taqrib). Beliau menyebutkan bahwa nabi Khidir adalah cucu Fir’aun dari anak perempuannya.
Namun Muhammad bin Ayyub mendapatkan keterangan ini dari Ibnu Lahi’ah dan Ibnu Lahi’ah adalah perawi yang dapat dipercaya namun mengalami kekacauan pikiran semenjak kitab-kitabnya terbakar (dalam At Taqrib). Oleh sebab itu, pendapat tentang Nabi Khidir adalah cucu Fir’aun masih dianggap belum kuat sebab bersumber dari Abdullah bin Luhai’ah.
Selain cucu Fir’aun, ditemui pendapat yang menyatakan bahwa Nabi Khidir adalah anak dari Qabil, yang berarti Nabi Khidir adalah cucu dari Nabi Adam. Pendapat ini diungkapkan oleh Abu Hatim al-Sijistani dalam kitabnya yang bertajuk al-Mu’ammarin.
Abu Hatim mengatakan bahwa keterangan tersebut diperoleh dari Abu Ubaidah (guru Abu Hatim), tetapi Abu Hatim menyebutkan bahwa riwayat ini termasuk Mu’dhal (perawinya terputus dua orang atau lebih secara berurutan). Pendapat ini juga masih dianggap kurang kuat, karena Mu’dhal.
Pendapat lainnya adalah pernyataan bahwa Nabi Khidir adalah cucu dari Nabi Harun (saudara laiki-laki Nabi Musa). Pernyataan ini dikutip dari riwayat Muhammad bin as-Saib bin Basyar al-Kalbi (ahli nasab dan tafsir, namun dituduh sebagai pendusta) dari Abu Shalih yang bersumber dari Ibnu Abbas. Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya yang berjudul Az Zahru An Nadhir Fi Naba’i Al Khadir mengatakan bahwa riwayat ini sangat jauh dari kebenaran, karena mata rantai periwayatannya sangat lemah.
Pendapat yang cukup kuat di antara pendapat-pendapat sebelumnya adalah pernyataan dari Wahb bin Munabbih (seorang perawi yang tsiqoh dan hadis-hadisnya sering dirujuk oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).
Wahb mengatakan bahwa nama asli dari garis keturunan Nabi Khidir adalah Balya bin Mulkan bin Qali’ bin Syalikh bin ‘Abir bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Penyataan Wahb juga diamini oleh Ibnu Qutaibah dan an-Nawawi, namun an-Nawawi menambahi sedikit tentang ‘Mulkan bin Qali’. Menurut an-Nawawi ada riwayat yang menyebutkan bahwa yang benar ‘Kilman bin Qali’ bukan ‘Mulkan bin Qali’.
Manakah yang pasti? wallahu a’lam bis shawab. Biarlah hal ini terus menjadi misteri, agar manusia tak pernah berhenti menyadari bahwa satu-satunya Dzat yang Maha Pasti dan Maha Mengetahui hanyalah Allah.
Wallahu a’lam.