Imam Thabari di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa “khannas” (pembisik) adalah semua yang tak tampak yang membuat ragu dan lengah dari zikir/ingat Allah, yaitu setan (sifat, bukan wujud). Jelasnya, khannas adalah yang membisikkan sesuatu untuk melakukan perbuatan tidak baik dari dari jin maupun manusia. Jika seorang hamba ingat kepada Allah, maka khannas pergi, jika lupa dan lengah, ia kembali.
Bagaimana khannas bisa masuk ke hati manusia dan didengarkan? Imam al-Qusyayri menerangkan bahwa “khannas” masuk melalui waswas. Waswas di sini berarti bisikan untuk mengikuti hawa nafsu, agar menyimpang dari agama, untuk melakukan perbuatan maksiat, atau agar memiliki perangai yang buruk. Hanya dengan pintu waswas ini setan ‘khannas’ bisa masuk ke manusia.
Kata waswas di sini artinya tidak sama dengan bahasa Indonesia yang berarti ragu-ragu, khawatir, cemas, kurang yakin (lihat KBBI), walau kata bahasa Indonesia itu berasal dari bahasa Arab: waswas. Dengan ilmu, kita dapat mengetahui waswas. Ilmu dapat membedakan mana ilham, khawatir, dan waswas. Ilmu dapat menjelaskan ilham, menerangkan khawatir dan mendedahkan waswas.
Imam al-Qusyayri menulis bahwa setan “khannas” ini selalu mengundang dan mengajak kita untuk bermaksiat. Jika dia gagal, maka dia akan mengundang lagi untuk melakukan hal lain, jika kita menang, dia akan berusaha untuk membisikkan maksiat yang lain terus seperti ini, sampai setan ‘khannas’ ini menang. Tetapi, kita harus mengalahkannya. Kita yang menang atau setan ‘khannas’ yang menang, itu tergantung pada kita.
Nah, “khannas” (pembisik kejahatan dan maksiat) itu berada dekat kita. Hati-hati! Ada ‘khannas’ politik, ada “khannas” medsos, ada “khannas” kesalehan diri, ada “khannas” bangga berbuat dosa. Ada juga “khannas” modern yang tak nampak: hegemoni, dominasi, perjuangan kelas, permainan SARA dan identitas keagamaan untuk meraih simpati politik. “Khannas” untuk buat fitnah dan berita bohong (hoax). “Khannas” perebut suami/istri orang. Ringkasnya, banyak “khannas” dekat kita.
Sekarang, bergantung pada kita: maukah kita menuruti para pembisik maksiat dan kejahatan atau melawannya?