100 orang muda berjumpa dalam Forum Temu Kebangsaan ke-4 dan saling berdiskusi dengan mengambil tema “Orang Muda, Demokrasi dan Bhinneka”. Mereka saling berdiskusi dan berjejaring dalam rangka merespon isu-isu kebangsaan yang krusial dan mendesak belakangan ini.
“Aktivis-aktivis muda ini kelak akan responsif terhadap permasalahan yang sangat urgent akhir-akhir ini seusai pemilu. Kita wajib menjahit lagi tenun kebangsaan yang dirusak ujaran SARA, hoax, dan kampanye hitam karena perbedaan jagoan masing-masing. Urusan kebangsaan dan demokrasi bukan hanya soal pemilu,” tegas Lukman Hakim, ketua panitia acara, Jumat (26/4).
Selama 3 hari hingga tanggal 28 April 2019, para aktivis yang terpilih, ada sekitar 100 orang akan saling berbicara dengan fokus pada diskusi kelompok (focus group discussion-FGD) dan terbagi ke dalam 5 tema yang mewadahi minat dan bidang keahlian dari para Tembang 4, yaitu lingkungan, pendidikan, anti korupsi, media dan digital, serta kewirausahaan.
Pembahasan kelima tema tersebut dibalut dalam nuansa keberagaman yang kental karena para aktivis muda ini. Apalagi, forum ini representasi dari 5 organisasi keagamaan yang berkarya bersama dengan orang muda Indonesia, yaitu Jaringan Gusdurian, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (PERADAH), dan Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI).
Khusus untuk tahun 2019 yang bertepatan dengan tahun diselenggarakannya pemilihan umum serentak untuk pertama kalinya di Indonesia, Tembang-4 menjadi sarana yang sangat relevan untuk menjadi ruang pertemuan aktor gerakan orang muda guna menanggapi tantangan yang merongrong persatuan dalam keberagaman Indonesia pasca pemilu.
Ditambah dengan fakta sesuai laporan Wahid Institute tahun 2017 bahwa telah terjadi pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) sebanyak 213 peristiwa dengan 265 tindakan, naik dari 203 peristiwa yang terjadi di tahun 2016. Setara Institute juga mengeluarkan Indeks Kota Toleran pada 2018 yang menempatkan beberapa kota besar yang menjadi pusat-pusat ekonomi justru berada dalam 10 kota dengan skor toleransi terendah: Tanjungbalai, Banda Aceh, Jakarta, Cilegon, Padang, Depok, Bogor, Makassar, Medan, dan Sabang. Tak pelak, agen-agen pejuang keberagaman menjadi penting untuk dikembangkan dan Tembang-4 secara persis berupaya menjawab panggilan tersebut.
Tembang dibuka dengan pemaparan pengantar dari Savic Ali (aktivis muda NU) sebelum diantarkan pada FGD yang akan berlangsung selama sehari penuh di hari kedua pelaksanaan. Diskusi terfokus akan dipandu oleh fasilitator yang berpengalaman di bidangnya, dan akan mendampingi peserta untuk merumuskan permasalahan strategis dalam kelompok isu masing-masing, mengkonsolidasikan potensi para peserta, dan pada akhirnya menyusun langkah kerja nyata pasca Tembang-4.
Rangkaian acara akan ditutup dengan deklarasi peserta Temu Kebangsaan sebagai peneguhan komitmen dari para aktor muda perubahan yang berproses selama 3 hari ini.
Forum Temu Kebangsaan sendiri sudah digelar sejak 2016 lalu dan berkomitmen menjadi penghubung bagi 300 alumni yang tersebar di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Papua, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.