Dalam konstruksi kehidupan sosial pada umumnya, status sosial biasanya didasarkan pada jalur keturunan, jabatan, profesi, dan kekayaan. Anak Kiai atau anak pejabat, otomatis akan lebih dihormati. Profesi dokter dan pegawai negeri juga dianggap lebih terhormat. Demikian juga halnya dengan orang kaya, ia akan terkenal di lingkungannya.
Dalam perspektif psikologi, Abraham Maslow menempatkan kebutuhan status sosial (penghargaan) pada posisi kedua dari atas setelah aktualidasi diri. Status sosial berada diatas kebutuhan jasmani, kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan akan kasih sayang. Menurut Maslow, seseorang “harusnya” berpikir tentang status sosial setelah perutnya kenyang, merasa aman, dan mendapatkan kasih sayang yang cukup.
Namum adanya internet dan media sosial nampaknya mempengaruhi segala hal dalam kehidupan, demikian juga dalam urusan status sosial ini. Dahulu, status sosial bergengsi didasarkan anda siapanya siapa, profesinya apa dan berapa banyak duitnya, sedangkan sekarang menjadi lebih terbuka untuk siapa saja, bahkan tidak hanya bagi mereka yang sudah mapan.
Orang hebat bagi kaum ‘zaman now’ adalah mereka yang pengikut nitizennya banyak. Dan faktanya, banyaknya fans juga tergantung “status” anda di media sosial seperti youtube, twitter, instagram, dan lainnya. Semakin cantik, semakin ganteng, semakin unik, dan semakin rajin mengirim status medsos, maka biasanya semakin banyak follower dan subscriber-nya. Dan siapa yang paling banyak follower, like, atau pemirsanya maka “status sosialnya” juga akan ikut naik karena keren, terkenal, berpengaruh. Dalam tahap ini, media sosial dapat membawa kepada kesejahteraan. Ria Ricis dan Atta Halilintar adalah dua contoh yang bisa kaya raya melalui status-status yang di upload mereka di chanel youtube.
Banyak orang rela bertaruh nyawa demi mengirimkan status sensasional untuk memuaskan para penonton, fans, pemilik jempol dan menarik hati para calon penggemar. Data Kompas menyebutkan bahwa sampai tahun 2017, ada 257 orang meninggal gara-gara ingin mengambil gambar ‘keren’ melalui gadgetnya. Mereka meninggal karena tenggelam, kecelakaan kendaraan, jatuh dari ketinggian, tersengat listrik, senjata api dan diserang binatang.
Jadi, jelas sudah bahwa status (media) sosial adalah sangat penting di jaman sekarang. Semakin banyak yang suka dengan status anda, semakin banyak pengikutnya, semakin terkenal, bisa diundang kemana-mana, semakin banyak endorsement dan iklannya, lalu bertambah lah pemasukannya. Dan pada waktu yang sama, status sosial anda nya juga terus naik, hanya dari status (media) sosial.
Marilah kita ramai-ramai dan berlama-lama mainan media sosial. Perut boleh lapar, tampang boleh pedesaan, rumah boleh ngontrak, jomblo dan pengangguran, siapapun anda, karena selama anda aktif berstatus di media sosial, berjam-jam, berhari-hari, selain itu menyenangkan, kemungkinan anda menjadi kaya dan terhormat terbuka lebar. Entah kapan.
Louisville Kentucky, 7 Des 2018
*) Liberty Adi, MPsi, psikolog Polri.