Pengurus Pusat Muhammadiyah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mendukung proses demokrasi yang substantif serta bebas dari politik yang koruptif dan transaksional. Kedua ormas tersebut juga sepakat agar mengedepankan kearifan, kedamaian, toleransi dan kebersamaan di tengah perbedaan pilihan politik yang marak akhir-akhir ini.
“Di suasana tahun politik yang juga menjadi bagian dari bangsa ini, kita bangun ta’awun (tolong menolong) dan kerja sama aktif lagi antara Muhammadiyah dan NU,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam jumpa pers di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Rabu. Menurutnya kemitraan dua ormas dalam berbagai kehidupan berbangsa sangat strategis.
Ditambahkan oleh Haedar Muhammadiyah dan NU memiliki pandangan yang sama tentang kebangsaan bahwa Indonesia memiliki Islam yang moderat. “Itulah semangat kami bersilaturahim,” katanya. Hal senada juga dikatakan oleh Ketua Umum pbnu KH Said Aqil Siroj mengatakan Islam di Indonesia memiliki karakter ramah, toleran, dan pemaaf. “NU dan Muhammadiyah turut menjaga jati diri bangsa ini,” kata dia. Sejak dulu lanjut Said, Islam di Indonesia mampu menjaga persaudaraan meski berada dalam perbedaan. “NU dan Muhammadiyah berkewajiban terpanggil mengawal ukhuwah Islamiyah, wathoniyah, insaniyah,” katanya.
Sementara itu Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Helmy Faishal mengatakan kedua ormasi ini ,mendukung sistem demokrasi dan proses demokratisasi sebagai mekanisme politik kenegaraan. ā€¯Seleksi kepemimpinan nasional yang dilaksanakan dengan profesional, konstitusional, adil, jujur dan berkeadaban,” katanya di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Rabu malam seperti dilansir laman antaranews.
Pertemuan kedua ormas ini berlangsung tertutup di kantor PP Muhammadiyah. Silaturahmi kali ini merupakan kunjungan balasan. Sebelumnya dari Pimpinan Muhammadiyah melakukan kunjungan di kantir PBNU pada Mei 2018. Jakarta Pusat.
Sementara itu Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti meminta semua pihak agar mengedepankan kearifan, kedamaian, toleransi dan kebersamaan di tengah perbedaan pilihan politik. Hal ini perlu dilakukan agar kontestasi berlangsung damai, cerdas, dewasa serta menjunjung tinggi keadaban serta kepentingan bangsa dan negara. Dia mengajak setiap elemen bangsa untuk menghindari sikap saling bermusuhan dan saling menjatuhkan yang dapat merugikan kehidupan bersama. “Kami percaya rakyat dan para elite Indonesia makin cerdas, santun dan dewasa dalam berpolitik,” katanya.