Kita kenal bahwa Rasulullah SAW mempunyai seorang sepupu yang kemudian menjadi menantu bernama Ali bin Abi Thalib, dan kita memanggilnya Sayyidina Ali. Sayyidina Ali kawin dengan putrinya Rasulullah SAW yang bernama Siti Fathimah atau Fathimah Az-zahra. Dengan Siti Fathimah, Sayyidina Ali mempunyai beberpa putra antara lain yang terkenal Sayyidina Hasan dan Husain.
Selama berkeluarga dengan Siti Fathimah, Sayyidina Ali tidak pernah melakukan poligami. Baru setelah Fathimah wafat, Sayyidina Ali kawin lagi. Dan dari perempuan lain Sayyidina Ali memiliki putra yang diberi nama Muhammad.
Setelah Muhammad besar,suatu saat bertengkar dengan kakaknya yaitu Sayyidina Husain. Karena pertengkaran dari orang mulia, pertengkaran itu tidak lama dan cepat selesai kemudian berpisah.
Cuma yang menjadi pikiran bagi Muhammad bahwa dia sadar tidak sempat minta maaf kepada kakaknya, kemudian Muhammad menulis surat kepada Husain yang bunyinya begini:
“Kakanda Husain, seandainya anda bukan cucu dari Rasulullah, aku sudah datang kepadamu untuk minta maaf atas pertengkaran kita tadi siang, tetapi karena kakekmu Rasulullah pernah bersabda bahwa orang yang datang bersilaturahim itu lebih mulia dari tuan rumahnya, aku tidak ingin lebih mulia dari cucunya rasulullah. Karena itu aku mengharap kakanda husein sudilah datang ke rumahku agar aku bisa minta maaf atas pertengkaran kita tadi”.
Setelah surat dibaca oleh Sayyidina Husain, Sayyidina Husain tersenyum dan beliau cepat-cepat umtuk menjumpai adiknya, setelah bertemu si adik meminta maaf kepada kakaknya. []
Tulisan ini adalah wawancara ulama-penyair D Zawawi Imron di NUTIZEN bertajuk ‘Jembatan Maaf, Jembatan Silaturahmi’. Disajikan dalam bentuk narasi untuk memudahkan kita semua. Bagi kamu yang ingin menikmati via audio maupun video, silakan klik dan unduh di sini