Hadis tentang dua belas amir terdapat tidak saja dalam Shahih Bukhari, melainkan juga dalam Shahih Muslim. Dari segi otoritas, kedua kitab hadis tersebut jelas memiliki posisi yang lebih mapan jika disandingkan misalnya dengan kitab hadis karya Abu Dawud atau Al-Tirmidzi. Al-Suyuti mengomentari hadis tersebut dengan berpendapat bahwa hanya ada dua belas khalifah sampai hari kiamat. Sementara Al-Baihaqy berpendapat bahwa angka dua belas tersebut dihitung hingga periode kekhalifahan Walid bin Abdul Malik.
Berikut adalah contoh redaksi hadis dua belas amir:
جَابِرَ بْنَ سَمُرَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: يَكُونُ اثْنَا عَشَرَ أَمِيرًا، فَقَالَ كَلِمَةً لَمْ أَسْمَعْهَا، فَقَالَ أَبِي: إِنَّهُ قَالَ: كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ، قَالَ: دَخَلْتُ مَعَ أَبِي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: إِنَّ هَذَا الْأَمْرَ لَا يَنْقَضِي حَتَّى يَمْضِيَ فِيهِمِ اثْنَا عَشَرَ خَلِيفَةً»، قَالَ: ثُمَّ تَكَلَّمَ بِكَلَامٍ خَفِيَ عَلَيَّ، قَالَ: فَقُلْتُ لِأَبِي: مَا قَالَ؟ قَالَ: كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ
Kenyataan bahwa hadis tentang dua belas amir tertuang dalam dua kitab hadis yang memiliki otoritas mumpuni menjadi cukup sulit untuk menolaknya sebagai hadis palsu. Pertanyaan tentang siapa dua belas amir yang dimaksud sendiri cukup sulit untuk dijawab dengan tidak adanya parameter yang jelas meski terdapat indikasi yang dari teks hadisnya.
Jabir bin Samurah sendiri, seorang sahabat yang kemudian dikenal meriwayatkan hadis dua belas Amir, lahir di Madinah. Jabir bin Samurah tidak diketahui secara pasti di tahun berapa ia dilahirkan. Keterangan yang ada menyatakan bahwa sang periwayat hadis dua belas amir tersebut wafat pada tahun 74 H. Ada pula yang mengatakan 75 H. Al-Baghdadi menyebut bahwa ia bersama ayahnya ikut beserta barisan pamannya Sa’ad bin Abi Waqqash dalam Fathu Madain pada tahun 16 H.
Ada banyak kemungkinan kapan Jabir menghabiskan waktu bersama dengan ayahnya. Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa Jabir bersama dengan ayahnya dalam Fathu Madain, 10 tahun pasca wafatnya Nabi Saw. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa Nabi Saw. menyampaikan kabar tentang dua belas amir adalah di tanah Madinah. Tanah di mana kaum Muslim tumbuh menjadi kekuatan yang nyata dan menjadi pesaing utama kekuatan-kekeuatan yang ada sebelumnya.
Qadi Iyad Al-Yahsubi, sebagaimana dikutip Taukit, berpendapat bahwa maksud hadis dua belas amir adalah bahwa salah satu keutamaan siapa yang berhak menjadi khalifah adalah yang adil, dan Qurasy memiliki keutamaan tersebut. Lanjut, ia berpendapat bahwa tidak benarjika dikatakan bahwa jumlah khalifah hanya sampai pada dua belas. Menurutnya, kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa dalam sejarah terdapat lebih dari dua belas khalifah. Nabi Saw. sendiri tidak memastikan bahwa jumlah khalifah adalah seperti yang termaktub dalam hadis tersebut.
Dari riwayat-riwayat yang ada, indikasi tentang siapa yang dimaksud dua belas amir dalam teks hadis adalah mereka merupakan keturunan Qurasy dan di bawah kepemimpinan mereka Islam dalam masa kejayaannya. Kejayaan yang dimaksud sendiri seperti apa, Nabi Saw. tidak memberikan penjelasan secara pasti. Kenyataan bahwa dalam catatan para ahli sejarah Islam beberapa khalifah yang kemudian memberikan angin segar bagi peradaban Islam selain Khulafa Al-Rasyidin di antaranya adalah Al-Mansur, Al-Rasyid, Al-Makmun.
Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud angka dua belas tersebut adalah dua belas imam yang dikenal dalam tradisi pemikiran Syiah Asy’ariyah. Dalam catatan Fazlur Rahman misalnya, Syiah secara umum merupakan satu-satunya skisma yang penting dalam Islam. Menurut Rahman, berbeda dengan Khawarij, yang menyangkal Ijmak umat pada tataran praktis, Syiah, selama berabad-abad, mengembangkan doktirn Hak Tuhan (di bidang politik maupun agama) yang bertentangan dengan semangat ijmak.
Syiah Isna Asyariyah (dua belas Imam)—disebut demikian karena mereka meyakini dua belas Imam—berada di posisi tengah di antara aneka cabang aliran dalam Syiah dan merupakan cabang yang terbesar. Dua belas Imam yang dimaksud sendiri secara berurutan adalah Ali bin Abi Tahlib, Hasan Al-Mujtaba, Husain Asy-Syahid, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-Shadiq, Musa Al-Kadzim, Ali Ar-Ridha, Muhammad Ali Ridha, Muhammad Jawad, Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askari, dan Muhammad Al-Mahdi. Imam mereka yang terakhir—Muhammad Al-Mahdi lahir pada 259 H/873 M. Konon ia menghilang secara misterius, dan kedatangannya kembali selalu mereka nantikan. Dalam menjaga keyakinannya tersebut Syiah isna Asyariyah juga termasuk salah satu yang berpegang teguh kepada hadis dua belas amir tersebut.
Pada saat yang sama, di kalangan Sunni yang tidak mengenal dokrtin Imamah membawa pembacaan atas hadis dua belas amir ke dalam narasi-narasi historis para khalifah yang masyhur di masanya. Mendapati titik temu antara keduanya adalah adanya keyakinan bahwa konon Al-Mahdi akan turun menjelang datangnya hari akhir nanti. Dalam sebuah teks hadis misalnya dikatakan bahwa Al-Mahdi adalah dari golongan Quraisy, ia akan memenuhi bumi dengan keadilan, dan Nabi Isa a.s. akan turun untuk membantunya membunuh Dajjal.
Satu sisi, hadis dua belas amir tersebut agaknya cukup memberi harapan bagi komunitas Muslim yang tampaknya kecewa dengan dominasi kekuatan dunia sekarang. Pasca runtuhannya Ottoman komunitas Muslim barangkali telah merasa kehilangan sebuah tatanan hidup sebagaimana di masa Nabi Saw. dan Khulafa Al-Rasyidin. Komunitas Muslim tidak lagi dalam satu bendera Islam, melainkan terpecah ke dalam sisten ketatanegaraan masing-masing. Bagi Muslim yang menempati tanah di mana sistem kerajaan dengan segala aturannya menjadi sistem resminya maka mereka akan tunduk kepadanya. Sementara bagi Muslim yang menduduki tanah mereka dengan sistem demokrasi dan carut-marut hukumnya pun demikian pula mengikutinya.
Di sisi yang lain, hadis tentang dua belas amir tersebut juga dapat memberikan legitimasi atas dokrtin-doktrin teologis. Doktrin yang dibangun dalam tubuh Syiah misalnya tentang Imamah. Selain itu, kenyataan yang demikian misalnya dapat dilihat bagaimana hadis tentang dua belas amir tersebut dikutip ketika berhadapan dengan persoalan-persoalan yang membutuhkannya. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa hadis dua belas amir dapat memberi implikasi setidaknya pada imajinasi atas doktin teologis dan janji akan kejayaan komunitas Muslim yang akan merajai dunia.