Shalat malam adalah salah satu amalan yang memiliki banyak keutamaan. Dalam Al-Qur’an surat Al-Muzammil ayat 6 Allah berfirman, “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” Bahkan dalam riwayat Imam al-Bukhari, Rasulullah saw bahkan melakukan shalat malam sampai bengkak kakinya.
Selain yang tersebut dalam Al-Qur’an dan hadis di atas, cerita-cerita tentang keutamaan (fadhilah) mendirikan shalat malam juga bertebaran di mana-mana. Salah satunya cerita yang terdapat dalam kitab An-Nawadir karya Ahmad Syihabuddin bin Salamah Al-Qalyubi.
Dikisahkan ada seorang tuan yang hendak membeli seorang pemuda untuk dijadikan budak. Namun pemuda itu hanya mau menjadi budak si tuan dengan tiga syarat. Pertama, sang tuan tidak boleh mencegahnya melakukan shalat jika waktu shalat tiba. Kedua, si pemuda hanya mau melayani sang tuan di siang hari. Ketiga, si pemuda minta disediakan kamar khusus yang tidak boleh ada seorang pun boleh masuk selain dirinya.
Sang tuan pun menyanggupi syarat-syarat yang diajukan si pemuda. Dan demi memenuhi syarat yang ketiga, sang tuan mempersilakan si pemuda untuk berkeliling dan memilih sendiri kamar yang dikehendaki. Maka berkelilinglah si pemuda mencari kamar, dan ketika ia melihat satu kamar yang dekil, ia memilihnya.
Sang tuan pun terheran-heran.
“Kenapa kamu memilih kamar yang dekil?” Tanya sang tuan.
“Tuanku, saya tidak tahu, bisa jadi kamar yang dekil ini, bagi Allah adalah tempat yang megah dan indah,” jawab si pemuda enteng.
Maka tinggallah si budak muda di kamar yang dekil itu.
Pada suatu malam, sang majikan mengundang teman-temannya untuk minum-minum dan bersenang-senang di rumahnya. Begitu memasuki tengah malam, dan teman-temannya sudah pulang, sang majikan berjalan mengelilingi kamar-kamar di rumahnya.
Saat sampai di depan kamar si budak muda, ia terperanjat menyaksikan sebuah pelita dari cahaya menggantung dari langit sementara si budak muda sedang bersujud sembari bermunajat.
“Wahai Tuhanku, Engkau telah mewajibkanku untuk melayani seorang tuan di siang hari, andaikan tidak, niscaya siang dan malamku tidak akan kusibukkan kecuali untuk mengabdi kepadamu,” doa si budak muda.
Melihat kejadian itu sang majikan terpana. Tak henti-hentinya ia menyaksikan kejadian itu sampai tiba waktu subuh dan pelita cahaya itu terangkat kembali ke langit menembus atap kamar si budak muda. Karena takjub, kejadian itu pun kemudian ia ceritakan kepada isterinya.
Pada malam berikutnya, suami-istri itu bersepakat untuk tidak tidur demi bisa melihat kejadian seperti pada malam yang pertama. Benar, begitu memasuki tengah malam, mereka menuju ke kamar si budak muda dan di sana mereka melihat sebuah pelita dari cahaya yang menggantung dari langit sementara si budak muda sedang sujud dan bermunajat sampai tiba waktu subuh.
Seperti malam pertama, begitu waktu subuh tiba, pelita cahaya itu terangkat kembali ke langit menembus atap kamar sang budak muda.
Majikan itu kemudian memanggil si budak muda dan berkata, “Kamu sudah kami bebaskan. Sekarang kamu adalah pemuda yang merdeka sehingga tidak punya kewajiban terhadap kami.”
Majikan itu juga menceritakan semua kejadian menakjubkan yang mereka lihat. Yakni, bagaimana setiap tengah malam di kamar si pemuda terdapat sebuah pelita penuh cahaya yang menggantung dari langit dan menembus atap kamarnya.
Menyadari bahwa sang majikan telah mengetahui rahasianya, si pemuda lantas mengangkat kedua tangannya dan berdoa.
“Wahai Tuhanku, hamba telah memohon kepadamu untuk tidak membuka rahasia hamba, maka bila Engkau sudah membukanya, cabutlah nyawa hamba.”
Pemuda itu kemudian wafat.