Dalam Islam, memang dikenal berbagai macam kisah-kisah. Mulai dari heroik, kepahlawanan, bahkan tak jarang, cerita futuristic. Pada dasarnya, kita tidak mengetahui bahwa kisah itu benar atau tidak, kecuali setelah melalui cara pengujian validitas.
Dalam beberapa kajian, kisah terkadang dilihat bukan semata persoalan valid atau tidaknya. Akan tetapi, bagaimana kisah, cerita tersebut berfungsi secara efektif sebagai basis pembenaran atas sebuah keyakinan. Terkadang keyakinan tersebut, bisa berasal dari kepentingan politis kelompok tertentu. Dari sini lah, certia, mitos berfungsi sebagai pembenaran atas keyakinan dan asumsi bagi para pembaca, pendengar.
Kisah Imam Mahdi atau al-Mahdi termasuk di antara kisah terpopuler. Kemunculan al-Mahdi diyakini merupakan salah satu tanda akhir zaman, hari kiamat. Sosok al-Mahdi merupakan sosok misterius, namun sekaligus selalu dinantikan. Sebagaimana terlihat dalam namanya, “al-Mahdi al-Muntazhar”.
Sosok al-Mahdi tercantum dalam hadis Nabi. Bagaimana ia ditampilkan? Ia adalah sosok dari keturunan Rasulullah Saw. sendiri. hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis :
عن أم سلمة قالت: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول المهدي من عترتي من ولد فاطمة
Dari Ummu Salamah berkata, saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “al-Mahdi adalah keturunannku dari silsilah Fatimah. (HR. Abu Daud).
Menurut Abu Bakar Ibn al-Arabi dalam ‘Aridhat al-Ahwazi, bahwa hadis-hadis yang berbicara tentang al-Mahdi memiliki beragam jenis kualitas. Ada yang shahih, hasan, bahkan Maudhu’ (palsu). Hanya satu riwayat yang paling shahih. Riwayat yang teks hadisnya Yuwathi’u Ismuhi Ismi wa Abuhu bi Abi, Ia memiliki nama yang serupa denganku dan nama orang tuanya sama dengan nama orang tuaku.
Dari hadis ini banyak perbedaan pendapat dalam Islam mengenai al-Mahdi. Dalam sejarah pemikiran Islam, banyak sekali penafsiran mengenai al-Mahdi. Banyak ulama yang memercayai keberadaannya sebagai sosok personal, ada yang juga yang menafsirkan secara sifat. Dua model penafsiran ini, sudah terjadi sejak era Islam awal.
Dalam literature sejarah aliran Islam banyak yang menyebutkan bahwa al-Mahdi merupakan keturunan dari al-Hasan dan al-Husein, Ahlul Bait dari jalur Fatimah. Ada yang menyebutnya dengan nama Ahmad, dan ada juga menyebut Muhammad. Orang tuanya Abdullah.
Para ulama sepakat bahwa al-Mahdi muncul sebelum kedatangan Isa As. di akhir zaman. Narasi tentang al-Mahdi banyak lahir dari tradisi Syiah. Ia dikenal sebagai Muhammad bin al-Hasab al-Askari. Ia adalah putra dari imam ke-12 yang menghilang sebelum wafat sang Imam. Ia dianggap sebagai imam yang disembunyikan oleh Allah.
Al-Syahrastani dalam al-Milal wa al-Nihal menjelaskan bahwa kehilangan Muhammad ini ketika ia memasuki sebuah gua dan menghilang begitu saja. Ia tidak ditemukan dan tidak terdengar kabar sedikitpun. Cerita ini diyakini kuat oleh Itsna Asyariah Syiah.
Kaum Ibadiyah juga meyakini hal yang sama. Akan tetapi, bagi mereka al-Mahdi al-Muntazhar bukanlah dari kalangan ahli bait. Ia hanyalah karakter dari kebaikan dan pemberi petunjukan karena dunia saat itu telah diliputi oleh kejahatan dan kerusakan. Pandangan ini senada dengan aliran Mu’tazilah. Bagi mereka, sosok al-Mahdi tidak lain adalah upaya untuk memperbaiki kerusakan terbesar yang terjadi saat dunia berada di ujung usianya. Kelompok Sunni berpendapat bahwa al-Mahdi berbeda dari Muhammad bin al-Hasan al-Askari. Ia adalah seorang pemimpin yang berlaku adil, berperang kelak bersama Isa As untuk melawan Dajjal.
Ali Syariati pernah berpendapat bahwa al-Mahdi bukan personal tertentu, akan tetapi ia bisa siapa saja. Al-Mahdi merupakan orang yang akan memberikan petunjuk, menyampaikan kebenaran. Ia adalah sifat bagi orang yang bersedia untuk menegakkan keadilan.
Keberadaan al-Mahdi sering disetarakan dengan al-Masih, Messiah. Narasi Messiah banyak bermunculan saat terjadi konflik antar kaum beragama. Dengan demikian, narasi tentang al-Mahdi tidak saja tradisi cerita panjang dalam Islam, ia juga lahir dari berbagai macam tradisi keagamaan.