Selain mengerjakan shalat wajib, semisal shalat lima waktu, Islam juga menganjurkan shalat sunnah. Bahkan Nabi Muhammad sendiri, sebagai sosok yang sudah dijamin masuk surga, selalu berusaha untuk memperbanyak ibadah, tidak hanya dengan mengerjakan ibadah wajib, tetapi juga memperbanyak amalan sunnah.
Syeikh Abu Suja’ dalam Matan Taqrib menjelaskan ada banyak shalat sunnah yang bisa kita kerjakan: ada yang dikerjakan secara berjemaah dan ada juga yang dianjurkan mengerjakannya sendiri-sendiri (munfarid).
Di antara shalat sunnah yang dianjurkan berjemaah adalah shalat idul fitri dan idul adha, shalat khusuf (gerhana bulan) dan (gerhana matahari), dan shalat istisqa’.
Kemudian ada juga shalat sunnah yang mengiri shalat fardhu, misalnya shalat sunnah rawatib. Dianjurkan mengerjakan shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh. Dalam hadis riwayat ‘Aisyah dikisahkan bahwa Rasulullah selalu menjaga shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh (HR: Bukhari dan Muslim). Dianjurkan pula shalat empatr rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat setelahnya. Empat rakaat sebelum ashar, dua rakaat setelah magrib, dan tiga rakaat setelah shalat isya, maksudnya dua rakaat shalat sunnah, ditambah satu rakaat dengan niat witir.
Shalat sunnah berikutnya ialah shalat tahajud atau shalat malam setelah bangun tidur. Rasulullah pernah ditanya, shalat apa yang lebih utama setelah shalat fardhu? Beliau menjawab, shalat di pertengahan malam (HR: Muslim). Selain shalat tahajud, juga dianjurkan mengerjakan shalat dhuha dan shalat tarawih di bulan Ramadhan.