Seorang sahabat pernah ditanya, “Apakah wajah Rasulullah seperti pedang?”, sahabat tersebut menjawab, “Tidak, seperti bulan”. Dialog ini direkam oleh al-Tirmidzi dalam kitabnya Syamail al-Muhammadiyah, sebuah kitab berisi informasi tentang bentuk fisik dan akhlak Nabi Muhammad SAW. Ketika Rasulullah ditamsilkan dengan bulan, bukan pedang, ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW berkarakter lembut, santun, dan selalu membuat orang lain nyaman dan bahagia saat berada di sampingnya.
Ali bin Abu Thalib mengatakan, Rasulullah SAW adalah orang yang selalu gembira dan bersikap simpatik. Beliau sering tersenyum ketika bersama para sahabat dan kadang-kadang tertawa sampai tampak gigi taringnya. Ummul Mukminin ‘Aisyah menjelaskan, “Sesungguhnya Rasulullah SAW bila berada di rumah, beliau adalah orang yang lembut, tersenyum, dan tertawa”.
Rasulullah sendiri berujar, “Hiburlah hatimu kapan saja ada waktu, sesungguhnya bila hati itu payah, dia akan buta”. Dalam riwayat lain disebutkan, “Tidak baik orang yang tidak bersuka ria dan orang yang tidak memberi kegembiraan kepada orang lain”.
Kutipan tersebut menunjukan Rasulullah sebenarnya adalah sosok humoris, suka bercanda, dan membuat orang lain tertawa. Beliau juga tidak keberatan bila ada sahabat yang melucu dan membuat orang tertawa, sejauh candaan tersebut positif dan tidak mengandung konten negatif.
Sebab itu, Sufyan al-Tsauri tidak setuju dengan orang yang mengakatan senda gurau dan bercanda itu aib. Menurutnya, senda gurau adalah sunnah, sebab Rasulullah mengatakan, “Sesungguhnya aku bersenda gurau dan aku tidak mengucapkan sesuatu kecuali yang benar”.
Di antara candaan Rasul yang termaktub dalam literatur hadis ialah kisah dialog beliau dengan seorang nenek dari kaum Anshar. Nenek tersebut berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, berdoalah memohonkan ampun bagiku, dan mohonkan agar aku masuk surga”. Beliau berkata, “Apakah kamu mengetahui bahwa surga itu tidak dimasuki oleh nenek-nenek”.
Nenek itu menjerit, lalu Rasulullah SAW tersenyum seraya berkata, “Apakah anda tidak membaca firman Allah, “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS: Al-Waqi’ah: 35-36).