Banyak peristiwa menarik dalam dunia islam pekan ini. Mulai dari pengumuman resmi Pemerintah Filipina perihal bebasnya Marawi dari cengkraman ISIS, ramainya hari Santri yang jatuh pada 22 Oktober dan merupakan perayaan ketiga kalinya, serta keberlanjutan nasib pengungsi Rohingya di Bangladesh.
Terkait bebasnya Marawi ini, Otoritas Pilipina mengumumkan kemenangan total atas ISIS di Marawi, Minggu (23/10). Pernyataan disampaikan ke publik melalui jenderal mereka, Danilo Pamonag, dalam sebuah upara militer di Marawi. Dalam pidatonya, ia menyatakan bahwa operasi penyelamatan kota tersebut telah berhasil.
“Saya ingin mengatakan bahwa sekarang (peperangan) telah selesai. Dan hal ini merupakan kemenangan total bagi seluruh pasukan,” tambahnya.
Satu hal yang perlu dicermati, bagi Indonesia, kabar ini tentu saja menggembirakan sebab pemaksaan ideologis dan penggunaan senjata oleh ISIS teleh merenggut banyak hal. Bukan sekadar harta, tapi juga nyawa. Tapi, yang perlu dipikirkan serius oleh pemerintah Indonesia adalah kepulangan para kombatan perang.
Menurut laporan, ada beberapa eks perang Marawi yang akan pulang ke Indonesia dan juga Malaysia. Tentu ini bakal menjadi persoalan serius jika tidak ada upaya deradikalisasi eks kombatan ini. Hal ini penting dilakukan melihat gagapnya pemerintah dalam upaya inni seperti pada kasus eks perang Afghanistan di tahun 80-an maupun Iraq dan yang terakhir tentu eks ISIS di Syiria, agar mereka tidak berupaya memindahkan apa yang terjadi di Marawi atau peperangan lainnya ke Indonesia.
Di pekan ini ada hari Santri yang jatuh pada tanggal 22 Oktober. Perayaan ini merupakan ketiga kalinya setelah ditetapkan oleh Presiden Jokowi tiga tahun lalu untuk mengenang jasa-jasa para ulama dan pesantren dalam memerdekakan Indonesia.
Hari santri pun beramai-ramai dirayakan oleh banyak khalayak. Kirab Hari santri dan upacara bendera di pelbagai pesantren. Beberapa pesantren bahkan memakai bahasa Arab dalam upacara tersebut. Dan tentu saja atribut santri seperti kopyah dan sarung tak ketinggalan dipakai upacara. P ara netizen pun tak mau ketinggalan meramaikan.
Bagi mereka yang santri atau pernah ngaji, akan beramai-ramai upload kisah mereka selama di pesantren maupun ngaji. Termasuk juga beramai-ramai bahwa pesantren bukan hanya soal doa dan ngaji, tapi lulusannya ada di banyak bidang dan kadang-kadang tidak ada urusannya dengan agama. Seperti halnya 2 orang santri yang jadi pesepakbola nasional (Baca: Rafli Mursalim dan Evan Dimas, Dua Santri Bintang Timnas Indonesia).
Di pekan ini juga, akhirnya pemerintah secara resmi menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) No.2 Tahun 2017 tentang ormas yang menimbulkan banyak kontroversi belakangan ini menjadi sebuah Undang-undang. Konsekwensi dari hukum ini, maka ormas atau organisasi yang dianggap melenceng dari Pancasila secara hukum bisa dibubarkan melalui mekanisme yang telah diatur dalam UU.
UU ini juga membuat organisasi transnasional dan mengusung islam politik seperti HTI dan sejenisnya tidak akan mendapatkan tempat di Republik Indonesia. Prof. Mahfud MD, pakar hukum dan mantan hakim Konstitusi, bahkan menyebut riwayat HTI sudah tamat. Meski begitu, kita harus tetap mengawasi UU ini supaya tidak menjadi pisau bermata dua dan berbalik menjadi alat pemerintah untuk bersikap otoriter.
Dari semua itu, yang membuat kita miris tentu saja nasib pengungsi Rohingya di Bangladesh. Berdasarkan laporan, tak lama lagi para pengungsi di sana akan mencapai 1 juta orang. Tentu saja orang sebanyak itu memerlukan banyak sekali bantuan dan tidak bisa dipikul satu negara saja. Untuk itulah, Paus akan datang dan Ratu Jordania, Rania, juga telah tiba untuk memberikan bantuan kepada mereka. Bahkan, Ratu Rania mengutuk keras terhadap apa yang dilakukan oleh otoritas Myanmar.
Untuk itu, bantuan dari kita semua, sekecil apa pun akan begitu berarti bagi para pengungsi ini.