Setiap manusia dianugerahi satu lidah dan dua telinga agar ia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Tetapi senyatanya lebih banyak yang senang berbicara daripada mendengar dengan seksama. Dan celakanya banyak orang yang membicarakan apa saja yang ia dengar, bahkan tanpa sempat meneliti benar atau tidak apa yang didengarnya. Akibatnya terjadilah kegaduhan, fitnah, saling permusuhan dan bahaya-bahaya lainnya.
Banyak omong, menggunjing, mengadu domba antar manusia, memfitnah dan menebar berita dusta (hoax) jelas tergolong budi pekerti yang tercela baik menurut agama maupun akal sehat. Namun, kini semua itu seperti dianggap wajar-wajar saja. Bahkan mungkin ada sementara orang yang menghalalkannya demi menangguk keuntungan politik dan upaya untuk meraih kekuasaan.
Saat lidah tidak terjaga dari semua yang tersebut di atas, maka berbagai fitnah bertebaran, hubungan persaudaraan diselubungi oleh saling curiga dan lalu terputus, tertanam rasa saling dengki, masyarakat terpecah belah, teman menjadi musuh, saudara menjadi orang asing. Lidah-lidah yang tak terjaga itu bagai segerombolan lalat yang menebar penyakit saat menghinggapi siapa saja. Lidah yang tak terjaga itu membawa kerusakan di mana saja pemiliknya tiba.
Penyebaran isu-isu dusta baik melalui lisan maupun tulisan untuk kepentingan apa saja, termasuk politik, harus dihindari demi menjaga keutuhan hubungan persaudaraan sebangsa dan persaudaraan sesama manusia. Keinginan hawa nafsu untuk menjatuhkan citra baik orang lain dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran agama dan norma-norma ketimuran harus cepat dikekang. Sangatlah tidak patut meraih kehormatan diri dengan cara menjatuhkan martabat orang lain, lebih-lebih dengan memfitnah orang terhormat yang selalu menjaga kehormatannya.
Untuk mencegah dan mengobati penyakit lisan dan tulisan (hoax) yang berbahaya itu, sedikitnya ada lima cara:
1. Jangan terburu-buru memercayai berita yang tidak jelas kebenarannya dan bersikaplah kritis terhadapnya dengan membiasakan tabayyun (kroscek atau klarifikasi).
2. Cegahlah diri sendiri atau orang lain dari menyampaikan berita dusta itu, baik dengan lisan atau tulisan.
3. Jangan mudah berburuk sangka kepada siapa saja karena sebagian buruk sangka itu perbuatan dosa.
4. Jangan turut serta atau terlibat dalam mencari-cari kesalahan dan kekurangan orang lain. Sampaikan kritik yang konstruktif dengan prosedur yang benar dan cara yang santun.
5. Jangan mengikuti hawa nafsu untuk suka bermusuhan dan membenci saat tidak setuju dengan pihak lain.
Al-Masjid an-Nabawi, Madinah al-Munawwarah:
1 Muharram 1439 H/21-9-2017