Pikiran itu bisa karena sesuatu dari luar atau pikiran saya yang tergoda persoalan luar, bisa persoalan religius, sosial , politik. Begitu kata seniman A.D Pirous dalam sebuah pameran di Jakarta. Pirous menggunakan peristiwa yang dialaminya sebagai pemicuk untuk berkarya.
Sekali waktu, pelukis kelahiran Aceh ini terkesan dengan kemajuan Tiongkok. Iapun teringat pesan ayahanya dengan mengutip sebuah hadis,”Tuntutlah ilmu hingga ke negeri China. Apa yang ada dalam pikirannya itu kemudian diterjemahkan ke dalam rangkaian lukisan kaligrafi berukuran 120X120 centimeter bernuansa warna beige yang berjudul “Tuntutlah Ilmu Walau ke Negeri Cina!”.
Bagi lelaki asal Meulaboh itu, penggunaan huruf dalam lukisan adalah cara mudahpraktis menyampaikan pikirannya. “Kalimat disusun menjadi pikiran. Saya pakai huruf sebagai simbol yang sangat ampuh untuk menguntaikan pikiran saya,”katanya.
Bukan di negri Timur Tengah ia bertemu dengan kaligrafi Arab. Justru di Amerika. Pada tahun 1970an, ia mengnjungi pameran koleksi seni Islam di New York Metropolitan Muesum. Kaligrafi Arab yang indah membuatnya terngiang kembali pada masa kecil di Meulaboh Aceh.
Mulai saat itu Pirous terpacu melahirkan karya seni yang memadukan keyakinan keislaman, kebudayaan lokal dan semangat zaman. Sekembalinya di tanah air langsung berkarya dengan sebuah lukisan yang menorehkan surat Al Ikhlash secara lengkap.
AD Purous bisa dibilang sebagai pionir senilkuis kaligrafi modern di Indonesia. Pengaruh lukisan kaligrafinya tidak lepas dari khsanah Aceh yang memang menjadi bagian yang tidak terisahkan dalam dirinya “Saya baru sadar betul treasure (kekayaan) seni kaligrafi Islam di Aceh setelah tahun 70,” katanya. Penelusurannya terhadap makam-makam kuno yang memiliki ukiran kaligrafi menjadi gaya saat ia melukis.
Piorus menggelar pameran kaligrafinya pertamanya di Jakarta sejak dua tahun setelah melihat pameran di Amerika Serikat. Selanjutnya melakukan pameran keliling di Surabaya, Gresik dan Madura. “Saya mengangkat kaligrafi sebagai bagian utama yang konstruktif dalam lukisan, bukan sekedar catatan. Antara aksara dan latar belakang lukisan menyatu. Saya berusaha menampilkan karya yang bertubuhkan huruf Arab dengan menyandang spirit religius Islami,” jelasnya (Dari berbagai sumber)