Posisi Indonesia dinilai begitu strategis untuk menjadi juru bicara terkait konflik Palestina. Kedekatan dengan negara-negara Arab dan Amerika Serikat, ditambah dengan kekuatan populasi muslim terbesar dunia dianggap mampu memberi tekanan keras ke dunia internasional terhadap pendudukan yang dilakukan Palestina atas Israel.
“Indonesia bersama 55 negara Arab dan negara mayoritas Muslim menghadiri KTT Arab Islam Amerika, di Riyadh, Arab Saudi pada 21 Mei 2017. Sebagai negera berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Presiden Joko Widodo menjadi satu dari lima pemimpin dunia yang berbicara pada forum itu untuk menyampaikan pesan perdamaian,” terang Usman Hamid, direktur Amnesty Internasional, pada seminar Peringatan 50 Tahun Pendudukan Wilayah Palestina sebagaimana dikutip dari Antara.
Masalahnya Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Isreal, hingga harus diakui sulit untuk melakukan lobi antar negara, Indonesia-Israel secara langsung. Tapi, menurut Usman, Indonesia mampu untuk menggunanak segala pengaruhnya pada forum KTT tersebut.
“Salah satu yang bisa diserukan oleh Indonesia adalah mengajak 55 negara Arab dan negara berpenduduk mayoritas Muslim serta Amerika Serikat untuk menutup pasar mereka bagi barang-barang yang diproduksi di wilayah Palestina yang diduduki Isreal atau OPT (Occupied Palestinian Territories),” tuturnya.
Pendudukan Palestina oleh Israel sendiri sudah berlangsung selama 50 tahun dan membuat kawasan tersebut tak henti-henti diranda konflik. Diperkirakan ada 600.000 warga Israel telah menduduki wilayah kota suci tersebut, 100.000 hektar tanah warga dirampas dan ribuan bangunan diambil alih. Itu belum pembatasan gerak warga Palestina oleh Israel, khususnya setelah dibangun tembok-tembok pemisah yang kian menyengsarakan rakyat.