Apa persiapan Anda untuk mudik ke kampung halaman? Menyiapkan kendaraan sudah barang tentu. Tiket pesawat, bus, kapal kereta api, sepertinya sudah di tangan atau sudah tersimpan di ponsel Anda.
Oleh-oleh makanan atau baju baru, sepertinya juga sudah ditata rapi. Selain kendaraan dan oleh-oleh, Anda juga harus memikirkan oleh-oleh lain. Apa itu?
Jawabnya ada satu kata pendek dan mudah diingat: buku. Ya buku. Sekali lagi, buku, yang dalam bahasa Inggris disebut book. Orang Arab menamainya dengan kitab. Mengapa buku?
Jika kendaraan akan mengantarkan kita ke kampung, baju baru akan bikin kita ganteng dan cantik, makanan akan memanjakan lidah dan mengisi perut, maka buku bergizi untuk isi kepala kita. Jika isi kepala kita sehat, insya allah, lisn kita turut baik. Jika isi kepala sehat, insya allah peri laku kita akan terjaga. Jika isi kepala kita sehat, insya Allah keluarga kita, tetangga kita, sahabat kita, orang yang kita temui, akan mengambil banyak manfaat dari kita.
Nah, jika Anda ingin membeli buku, ada lima buku Islam terbaik pilihan islami.co. lima buku ini dipiliha karena: Pertama, ditulis oleh orang-orang terpercaya, ahli di bidangnya.
Kedua, karena tidak membawa kontroversi. Tema-tema buku pilihan islami.co bisa dibaca oleh lintas golongan, bahkan bisa dinikmati oleh orang non muslim.
Ketiga, buku dapat dibaca dan dipahami berbagai kalangan dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda.
Keempat buku masih hangat, masih baru. Kelima, harga terjangkau. Ya, bisa dikatakan relatif. Jika Anda beli baju ratusan ribu, maka beli buku-buku yang direkomendasikan islami.co. cukup seharga secangkir kopi lebih sedikit.
Inilah lima buku Islam terbaik untuk teman mudik:
Buku Pertama,
Buku berjudul Humor, Perempuan, dan Sufi menjadi pilihan pertama islami.co. Siapa penulis ini?
Penulis buku ini adalah seorang professor atau guru besar di IAIN Antasari Banjarmasin Kalimantan Selatan. Alumni pesantren Al-Falah Banjarbaru Kalimantan Selatan, menempuh S2 di McGill University, Kanada dan S3 di Utrecht University, Belanda.
Buku terbitan Quanta, Jakarta 2017, ini mengangkat empat tema besar: Fakta dan Misteri Agama, Membaca Tanda, Menggali Makna, Pendidikan dalam Pengalaman, dan Suka Duka Manusia. Kesemua tema dalam buku ini akrab sekali dalam kehidupan sehari-hari, yang kita butuhkan.
Misalkan tulisan tentang berdoa. Bagi siapa saja yang ragu untuk berdoa, tulisan berjudul ”Apa Guna Kita Berdoa?” cukup membantu memberi pemahaman pada kita tentang doa. Pendapat yang anti doa dan pendapat yang yakin akan guna doa, dijelaskan di sini.
Tidak kurang dari 80 judul tulisan dengan beragam tema dalam buku ini membawa kita mengarungi makna agama dan kehidupan.
Kekuatan buku setebal 332 halaman ini kaya akan referensi buku-buku dan tokoh-tokoh yang dapat kita jadikan acuan dalam menjalani kehidupan social, agama, dan bahkan berpolitik. Referensi buku ini akan membuat kita berimajinasi positif, rasa ingin tahu, dan termotivasi untuk terus belajar, bersikap rendah hati, menghormati, guru, serta lingkungan kita.
Kekuatan lain dari buku ini yang penting juga adalah gaya tulisan yang urut dan sistematis, sehingga mudah dipahami. Dan tidak seperti membaca buku karangan professor pada umumnya, buku ini kental dengan nuansa humor.
Buku ini ditulis juga dengan kerendahan hati, penuh kebersamaan, dan tentu saja tidak berpretensi menggurui. Nuansa ini dapat kita baca di tulisan-tulisan tentang pendidikan, misalnya ada judul Mencintai Guru, Bersama Guru di Surga, atau Sekelumit Kisah.
Ketika menulis judul-judul tersebut, tampaklah Mujiburrahman sebagai seorang yang menjiwai akhlak pesantren. Inilah akhlak yang kita butuhkan di tengah begitu banyak orang ingin menonjolkan kepintaran, ingin menang sendiri, dan mudah meremehkan orang yang tidak sependapat atau orang yang tidak segolongan.
Di sinilah buku Humor, Perempuan dan Sufi menemukan relevansinya, sehingga sangat layak dibaca dan dibawa sebagai oleh-oleh mudik kita tahun ini. (Bersambung)